Hari Suwandi (44) tepati janjinya. Warga korban lumpur ini benar-benar berangkat ke Jakarta untuk mencari Aburizal Bakrie, bos Lapindo Berantas Inc.
Kemarin (14/6), diiringi doa ibu, istri
dan cucunya. SESUAI jadwal, Hari mengawali aksi jalan kaki Porong-
Jakarta pada pukul 11.00. Dia angkat kaki dari
tanggul Siring, Porong, ditemani rekannya Harto Wiyono (41).
Hari sebetulnya sudah tidak ada urusan
dengan Lapindo Berantas Inc maupun PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ). Dia
memang termasuk korban lumpur. Rumahnya di Desa Kedungbendo,
Tanggulanin, hilang ditenggelamkan semburan lumpur. Tapi, dia sudah
menerima ganti rugi Rp 151 juta dari PT MLJ.
Aksi jalan kaki merupakan bentuk
solidaritasnya padamereka-mereka yang masih menunggu realisasi janji PT
MLJ. Dalam upacara pelepasan Hari, tampak istrinya Sribati (44), ibu
kandungnya Paini (68) dan cucunya Akbar Ahmadani (12).
Beberapa korban lumpur yang masuk peta
area terdampak maupun yang jadi tanggungan pemerintah, turut hadir.
Begitu pula anggota Fraksi PDI-P DPR RI Indah Kurnia serta dua pendeta,
Leonard Tanalepy dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sidoarjo dan Natael
Hermawan dari Gereja Krist en Jawi Wetan (GKJW)Sidoarjo.
Hari sendiri terlihat begitu siap dan
tenang. Bapak tiga anak ini tidak bawa banyak bekal. Selain poster yang
menempel di dada, dia hanya menenteng minuman dan sedikit makanan.
Poster di dadanya itu berisi tulisan
panjang, yang intinya mendesak Lapindo segera membayar cicilan. Hari
juga sangu beberapa lembar Rupiah, yang jumlahnya ia rahasiakan berapa.
“Saya kira cukup buat bekal sampai ke
Jakarta,” ujarnya singkat. Saat berangkat, kemarin, Hari mengenakan baju
dalang, blangkon dan bersepatu kets. Iringiringan korban lumpur yang
mengikuti langkahnya, sempat membuat Jl Raya Porong macet.
Beberapa pengguna jalan malah mengira,
yang bikin macet adalah aksi unjuk rasa para sopir truk. Untuk sampai
ke ibu kota, Hari memperkirakan butuh waktu satu bulan. Itu kalau cepat.
Itu juga kalau kuat. Dia menempuh jalur Pantura sejauh 827 kilometer,
melewati 17 kabupaten dan kota. Semua dilakukan Hari demi mendapat
perhatian pemerintah agar peduli betul pada nasib korban lumpur.
PT MLJ berjanji membayar ganti rugi
selambatnya 10 Juni lalu. Karena termakan janji manis itulah, warga yang
sudah dua bulan menduduki titik 25 yang terdekat dari semburan lumpur,
mau pulang ke rumah masing-masing. Nyatanya, PT MJ kembali ingkar.
Mereka merevisi janji bahwa pembayaran ganti rugi kan dilakukan
selambatlambatnya 16 Juni, yaitu Sabtu besok.
“Saya melakukan ini sebagai bentuk
simpati pada warga korban lumpur. Saya yang sudah lunas saja menderita,
apalagi yang belum lunas,” celotehnya. Tujuan ke Jakarta bukan hanya
berusaha bertemu langsunglangsung dengan Bakrie di Wisma Bakrie.
Hari juga siap menggelar aksi di
titik-titik yang ramai dilalui masyarakat. Antara lain bundaran Hotel
Indonesia (HI), Istana Negara dan Gedung DPR RI. Agenda lain, Hari akan
mendatangi kantor Kementerian Pekerjaan Umum. Dalam tasnya, Hari membawa
sekitar 100 keping VCD dokumenter lumpur Lapindo.
Itu akan dia jual di sepanjang jalan yang dilalui. Uangnya akan dipakai untuk membiayai perjalanan ke Jakarta.
Harto yang berjanji menemani Hari
mengawal dengan mengendarai sepeda motor Suzuki Smash baru bernopol N
4295 YY. Sepeda yang dia akui masih kredit itu akan digunakan untuk
mengawal perjalanan Hari menuju Jakarta.
“Saya akan mendampingi teman saya. Saya
sendiri juga belum lunas ganti ruginya,” tandas warga Desa Jatirejo
Kecamatan Porong ini. Sementara itu, Pitanto, salah satu warga,
memastikan, ia dan rekan-rekan aakn kembali ke tanggul titik 25 di Desa
Jatirejo, Porong, kalau PT MLJ tidak mentransfer dana tersebut.
“Kita akan melakukan aksi penghentian pengaliran lumpur, jika diingkari lagi,” ancam warga Renokenongo ini.
0 comments:
Posting Komentar