DENGAN lapak buatan sendiri
yang disandarkan di sepeda motornya,
Sudarno menjajarkan aneka
pecahan uang baru yang sudah rapi
dibungkus plastik. Ada pecahan Rp
1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, Rp
10.000, dan Rp 20.000.
“Yang mau tukar uang, mari,
mari,” ujarnya di Jl Pahlawan,
kemarin (23/7). Sudarno mengaku
sudah delapan tahun dirinya menjual
uang pecahan baru setiap menjelang
lebaran seperti saat ini. Hal
itu dilakoninya karena mendapatkan
keuntungan yang lumayan di
sela pekerjaannya yang serabutan.
“Saya berjualan mulai pukul 7 pagi
sampai 5 sore, disambung jam 8 sampai
9 malam,” kata warga Desa Lemah
Putro ini. Kemarin, dia berhasil
‘menjual’ uang baru Rp 400 ribu.
Setiap nominal Rp 100 ribu, ‘pembeli’
harus mengeluarkan uang jasa 10
persen atau menambah Rp 10 ribu.
“Awal puasa memang masih sepi,
biasanya sepekan setelah Ramadan
sudah mulai ramai pembelinya,”
katanya. Tahun lalu, dia mendapat
rezeki yang lumayan dari penjualan
uang baru itu. Berapa? “Yah, segitulah,”
katanya saat Radar Sidoarjo
menyebut angka sekitar Rp 3 juta.
Bersama beberapa rekannya,
ia terlihat berdiri di Jl Pahlawan
dekat bundaran Taman Pinang
Indah. Beberapa ada yang berdiri,
tapi banyak pula yang cuma
duduk-duduk di taman sempadan
jalan tersebut. Mereka
menawarkan uang pecahan
baru yang dibungkus plastik.
Untuk menarik perhatian
para pengguna jalan, mereka
memamerkan uang pecahan
baru itu dengan menunjukkan
beberapa bentuk pecahan. Seperti
pecahan 2.000 atau Rp
10.000-an.
Pengguna jalan yang ingin
tukar pecahan uang baru ada
yang menghentikan laju kendaraannya.
Tapi, ada pula yang
hanya bisa mengurangi laju
kendaraan karena arus lalu
lintas di kawasan Jl Pahlawan
termasuk jalur padat.
Rata-rata, para pedagang ini
mengambil untung Rp 10 ribu
setiap pecahan senilai Rp 100
ribu yang dijualnya. Seperti
pecahan Rp 5.000-an sebanyak
Rp 100.000 dijualnya Rp 110.000.
Lukman, salah satu penjual
jasa uang baru lain mengaku untuk
mendapatkan uang pecahan
baru tersebut, dirinya harus
antre di Bank Indonesia Cabang
Surabaya, Jl Pahlawan.
Setelah mendapatkan pecahan
baru, selanjutnya dia kemas
dengan bungkus plastik dan
dijajakan. “Biar awet dan tidak
cepat rusak, kita bungkus plastik.
Apalagi lebaran kan masih
lama,” terangnya.
Biasanya, warga mulai ramai
memanfaatkan jasa penjual
uang pecahan baru ini mendekati
lebaran, atau kurang dari
10 hari lebaran. Sedangkan
untuk uang yang banyak dipilih
adalah pecahan seribuan, dua ribuan,
lima ribuan, dan sepuluh
ribuan.
yang disandarkan di sepeda motornya,
Sudarno menjajarkan aneka
pecahan uang baru yang sudah rapi
dibungkus plastik. Ada pecahan Rp
1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, Rp
10.000, dan Rp 20.000.
“Yang mau tukar uang, mari,
mari,” ujarnya di Jl Pahlawan,
kemarin (23/7). Sudarno mengaku
sudah delapan tahun dirinya menjual
uang pecahan baru setiap menjelang
lebaran seperti saat ini. Hal
itu dilakoninya karena mendapatkan
keuntungan yang lumayan di
sela pekerjaannya yang serabutan.
“Saya berjualan mulai pukul 7 pagi
sampai 5 sore, disambung jam 8 sampai
9 malam,” kata warga Desa Lemah
Putro ini. Kemarin, dia berhasil
‘menjual’ uang baru Rp 400 ribu.
Setiap nominal Rp 100 ribu, ‘pembeli’
harus mengeluarkan uang jasa 10
persen atau menambah Rp 10 ribu.
“Awal puasa memang masih sepi,
biasanya sepekan setelah Ramadan
sudah mulai ramai pembelinya,”
katanya. Tahun lalu, dia mendapat
rezeki yang lumayan dari penjualan
uang baru itu. Berapa? “Yah, segitulah,”
katanya saat Radar Sidoarjo
menyebut angka sekitar Rp 3 juta.
Bersama beberapa rekannya,
ia terlihat berdiri di Jl Pahlawan
dekat bundaran Taman Pinang
Indah. Beberapa ada yang berdiri,
tapi banyak pula yang cuma
duduk-duduk di taman sempadan
jalan tersebut. Mereka
menawarkan uang pecahan
baru yang dibungkus plastik.
Untuk menarik perhatian
para pengguna jalan, mereka
memamerkan uang pecahan
baru itu dengan menunjukkan
beberapa bentuk pecahan. Seperti
pecahan 2.000 atau Rp
10.000-an.
Pengguna jalan yang ingin
tukar pecahan uang baru ada
yang menghentikan laju kendaraannya.
Tapi, ada pula yang
hanya bisa mengurangi laju
kendaraan karena arus lalu
lintas di kawasan Jl Pahlawan
termasuk jalur padat.
Rata-rata, para pedagang ini
mengambil untung Rp 10 ribu
setiap pecahan senilai Rp 100
ribu yang dijualnya. Seperti
pecahan Rp 5.000-an sebanyak
Rp 100.000 dijualnya Rp 110.000.
Lukman, salah satu penjual
jasa uang baru lain mengaku untuk
mendapatkan uang pecahan
baru tersebut, dirinya harus
antre di Bank Indonesia Cabang
Surabaya, Jl Pahlawan.
Setelah mendapatkan pecahan
baru, selanjutnya dia kemas
dengan bungkus plastik dan
dijajakan. “Biar awet dan tidak
cepat rusak, kita bungkus plastik.
Apalagi lebaran kan masih
lama,” terangnya.
Biasanya, warga mulai ramai
memanfaatkan jasa penjual
uang pecahan baru ini mendekati
lebaran, atau kurang dari
10 hari lebaran. Sedangkan
untuk uang yang banyak dipilih
adalah pecahan seribuan, dua ribuan,
lima ribuan, dan sepuluh
ribuan.
0 comments:
Posting Komentar