Kenaikan harga kedelai membuat sejumlah perajin tahu dan tempe di Sidoarjo, Jawa Timur, gulung tikar. Mereka pun berencana menggelar aksi protes pada Kamis (26/7) menuntut pemerintah menstabilkan harga kedelai.
Totok, satu di antara sejumlah produsen tahu dan tempe yang gulung tikar. Pria yang menjadi pengusaha tahu dan tempe sejak 1996 itu tak mampu lagi menyesuaikan biaya produksi dengan harga jual. Penghasilannya pun kian melorot. Hingga akhirnya, ia memutuskan berhenti berproduksi sambil menunggu penurunan harga kedelai
"Makanya besok saya ikut unjuk rasa. Supaya pemerintah buka mata pada rakyat kecil. Pengusaha tempa kan rakyat kecil semua, butuh makan," kata Totok di Sidoarjo, Rabu (25/7).
Kondisi serupa pun diakui Karlim, produsen sekaligus kepala pengadaan kedelai di sebuah kampung di Sidoarjo. Menurutnya, kondisi bangkrut terjadi pada pengusaha yang memproduksi di bawah 30 kilogram.
Sejak membuat usaha di tahun 1978, Karlim mengaku baru kali ini mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi. Semula, harga kedelai hanya Rp5.500 per kilogram. Tapi kini, harga kedelai menjadi Rp7.800. Sementara harga jual di koperasi Rp7.700 karena masih disubsidi.
"Tapi subsidi tak bisa berlangsung lama. Pemerintah harus turun tangan," katanya.
Menurutnya, kondisi itu dirasakan sejak dua bulan silam. Meski demikian, Karlim berusaha agar usahanya tak bangkrut. Ia pun menutupi kondisi itu dengan bekerja sambilan.
"Bila saya gulung tikar, bagaimana dengan karyawan saya," ujarnya.
Totok, satu di antara sejumlah produsen tahu dan tempe yang gulung tikar. Pria yang menjadi pengusaha tahu dan tempe sejak 1996 itu tak mampu lagi menyesuaikan biaya produksi dengan harga jual. Penghasilannya pun kian melorot. Hingga akhirnya, ia memutuskan berhenti berproduksi sambil menunggu penurunan harga kedelai
"Makanya besok saya ikut unjuk rasa. Supaya pemerintah buka mata pada rakyat kecil. Pengusaha tempa kan rakyat kecil semua, butuh makan," kata Totok di Sidoarjo, Rabu (25/7).
Kondisi serupa pun diakui Karlim, produsen sekaligus kepala pengadaan kedelai di sebuah kampung di Sidoarjo. Menurutnya, kondisi bangkrut terjadi pada pengusaha yang memproduksi di bawah 30 kilogram.
Sejak membuat usaha di tahun 1978, Karlim mengaku baru kali ini mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi. Semula, harga kedelai hanya Rp5.500 per kilogram. Tapi kini, harga kedelai menjadi Rp7.800. Sementara harga jual di koperasi Rp7.700 karena masih disubsidi.
"Tapi subsidi tak bisa berlangsung lama. Pemerintah harus turun tangan," katanya.
Menurutnya, kondisi itu dirasakan sejak dua bulan silam. Meski demikian, Karlim berusaha agar usahanya tak bangkrut. Ia pun menutupi kondisi itu dengan bekerja sambilan.
"Bila saya gulung tikar, bagaimana dengan karyawan saya," ujarnya.
0 comments:
Posting Komentar