Manusia hanya bisa berencana. Namun hanya Tuhan yang bisa menentukan.
Inilah yang dialami Heru Fachruddin (44), pilot instruktur pesawat
Cessna Aero Force PK HAL yang meninggal dunia setelah pesawatnya jatuh
di Dusun Pahing Desa Sukadana Kecamatan Ciawihgebang Kabupaten Kuningan
Jawa Barat, Senin (1/7/2012) siang lalu.
Beberapa bulan sebelum kejadian nahas hingga merenggut nyawanya, Heru diketahui sudah menyiapkan rumah baru untuk keluarganya, di kawasan Wage Kecamatan Taman Sidoarjo.
Sebelum kecelakaan pesawat itu, Heru memang masih tinggal di rumah orang tuanya, di Jalan Letjen S Parman Gang IV/8 Desa/Kecamatan Waru.
Ulfa Wulandari (41), adik Heru Fachruddin bercerita, jika Heru sudah menjenguk rumahnya itu beberapa bulan lalu. Kala itu Ulfa ikut mendampingi Heru dan istrinya, Musanah Hidayatul Laili (41). Kala itu,ada kejadian aneh yang dialami Heru.
”Banyak semut menempel di baju kakak saya, “ucap Ulfa saat di rumah duka, di Jalan Letjen S Parman IVA/8 Desa Waru/Kecamatan Waru,Selasa (3/7/2012) siang.
Entah kapan rumah baru itu akan ditempati, yang jelas Heru batal memboyong keluarganya ke rumah baru tersebut. Sebab Heru telah meninggal dunia setelah pesawatnya jatuh pada Senin (1/7) siang lalu, Dusun Pahing Desa Sukadana Kecamatan Ciawihgebang Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Kala itu Heru bersama dua siswa, Rara Paramitha (22) dan Nur Fitriyani (20), yang dalam kondisi kritis paska kejadian itu.
Kata Ulfa, kakaknya itu suka terbang.
“Sejak kecil kakak saya memang sudah bercita-cita jadi seorang penerbang,” ucapnya.
Karena itulah, Heru Fakhrudin bersekolah di Juanda Flying School Sidoarjo setelah kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang. Heru merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Setelah lulus sekolah pilot itu dia tidak langsung bekerja, karena saat itu krisis ekonomi melanda Indonesia termasuk penerbangan. Sejak tahun 2006 silam, dia lalu bergabung dengan Batavia Air dan menjadi pilot.
Selain menjadi pilot di maskapai komersial, dia juga menjadi instruktur di Aero Flying Institute Cirebon.
Heru meninggalkan seorang istri, Musanah Hidayatul Lailiyah (41) dan tiga orang anak, yakni Ajeng Faradila (kelas 2 SMA), Dimas Naufal Rakanabila (kelas 2 SMP) dan Farah (kelas 3 SD).
”Kakak saya orangnya sangat perhatian pada keluarga.Maklum dia satu-satunya anak laki-laki dari empat bersaudara,” jlentreh Ulfa.
Jasad Heru tiba di rumah duka, sekitar pukul 08.30 WIB. Isak tangis istri dan anak-anaknya pun pecah saat jasadnya tiba. Sejumlah petakziah berseragam pilot dan pramugari pesawat juga tampak di rumah duka.Sebagian diantara kolega Heru itu ikut mengantarnya ke pemakaman umum di desa setempat, beberapa ratus meter dari rumah duka.
Puluhan teman Heru semasa bersekolah di SMPN 2 Sidoarjo juga tampak datang. Ulfa mengaku mendengar kabar duka itu saat dirinya sedang berada di Jakarta. Kala itu dia melihat berita kecelakaan itu dari sebuah televisi swasta. Dia kemudian menelepon istri kakaknya yang kebetulan berada di Cirebon.
Saat itu istri Heru kebetulan sedang berada di Mess Aero Flying Institute sekembali Heru dari rumah di Jalan Letjen S Parman Waru Sidoarjo. Sebab sehari-hari Musanah Hidayatul Lailiyah (41) tidak ikut suaminya karena bekerja di Puskesmas Gempol Pasuruan.
"Kebetulan liburan sekolah, jadi Mbak Ida ikut ke Cirebon. Tapi tak biasanya mbak ikut kesana," imbuh Ulfa.
Ulfa mengaku berhubungan telepon dengan kakaknya sekitar dua pekan lalu. Selama menjadi pilot, Heru Fachruddin memang kerap pulang. Apalagi ketika sedang terbang ke Surabaya atau liburan. Namun, keluarga tidak ada yang menyangka jika berakhir seperti ini.Ulfa bercerita, tidak ada luka di tubuh kakaknya. Hanya ada luka di lehernya saja.
Ajeng Faradilah, anak pertama korban sangat terpukul atas kejadian ini, meski demikian dia mengaku ikhlas atas takdir yang menimpa keluarganya. Masih teringat jelas perkataan ayahnya yang ingin berlibur sekeluarga saat liburan kali ini. Rencananya keluarga ini bakal berlibur ke Bali. Namun sayangnya, keinginan itu tidak terwujud karena Heru keburu dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa.
Beberapa bulan sebelum kejadian nahas hingga merenggut nyawanya, Heru diketahui sudah menyiapkan rumah baru untuk keluarganya, di kawasan Wage Kecamatan Taman Sidoarjo.
Sebelum kecelakaan pesawat itu, Heru memang masih tinggal di rumah orang tuanya, di Jalan Letjen S Parman Gang IV/8 Desa/Kecamatan Waru.
Ulfa Wulandari (41), adik Heru Fachruddin bercerita, jika Heru sudah menjenguk rumahnya itu beberapa bulan lalu. Kala itu Ulfa ikut mendampingi Heru dan istrinya, Musanah Hidayatul Laili (41). Kala itu,ada kejadian aneh yang dialami Heru.
”Banyak semut menempel di baju kakak saya, “ucap Ulfa saat di rumah duka, di Jalan Letjen S Parman IVA/8 Desa Waru/Kecamatan Waru,Selasa (3/7/2012) siang.
Entah kapan rumah baru itu akan ditempati, yang jelas Heru batal memboyong keluarganya ke rumah baru tersebut. Sebab Heru telah meninggal dunia setelah pesawatnya jatuh pada Senin (1/7) siang lalu, Dusun Pahing Desa Sukadana Kecamatan Ciawihgebang Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Kala itu Heru bersama dua siswa, Rara Paramitha (22) dan Nur Fitriyani (20), yang dalam kondisi kritis paska kejadian itu.
Kata Ulfa, kakaknya itu suka terbang.
“Sejak kecil kakak saya memang sudah bercita-cita jadi seorang penerbang,” ucapnya.
Karena itulah, Heru Fakhrudin bersekolah di Juanda Flying School Sidoarjo setelah kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang. Heru merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Setelah lulus sekolah pilot itu dia tidak langsung bekerja, karena saat itu krisis ekonomi melanda Indonesia termasuk penerbangan. Sejak tahun 2006 silam, dia lalu bergabung dengan Batavia Air dan menjadi pilot.
Selain menjadi pilot di maskapai komersial, dia juga menjadi instruktur di Aero Flying Institute Cirebon.
Heru meninggalkan seorang istri, Musanah Hidayatul Lailiyah (41) dan tiga orang anak, yakni Ajeng Faradila (kelas 2 SMA), Dimas Naufal Rakanabila (kelas 2 SMP) dan Farah (kelas 3 SD).
”Kakak saya orangnya sangat perhatian pada keluarga.Maklum dia satu-satunya anak laki-laki dari empat bersaudara,” jlentreh Ulfa.
Jasad Heru tiba di rumah duka, sekitar pukul 08.30 WIB. Isak tangis istri dan anak-anaknya pun pecah saat jasadnya tiba. Sejumlah petakziah berseragam pilot dan pramugari pesawat juga tampak di rumah duka.Sebagian diantara kolega Heru itu ikut mengantarnya ke pemakaman umum di desa setempat, beberapa ratus meter dari rumah duka.
Puluhan teman Heru semasa bersekolah di SMPN 2 Sidoarjo juga tampak datang. Ulfa mengaku mendengar kabar duka itu saat dirinya sedang berada di Jakarta. Kala itu dia melihat berita kecelakaan itu dari sebuah televisi swasta. Dia kemudian menelepon istri kakaknya yang kebetulan berada di Cirebon.
Saat itu istri Heru kebetulan sedang berada di Mess Aero Flying Institute sekembali Heru dari rumah di Jalan Letjen S Parman Waru Sidoarjo. Sebab sehari-hari Musanah Hidayatul Lailiyah (41) tidak ikut suaminya karena bekerja di Puskesmas Gempol Pasuruan.
"Kebetulan liburan sekolah, jadi Mbak Ida ikut ke Cirebon. Tapi tak biasanya mbak ikut kesana," imbuh Ulfa.
Ulfa mengaku berhubungan telepon dengan kakaknya sekitar dua pekan lalu. Selama menjadi pilot, Heru Fachruddin memang kerap pulang. Apalagi ketika sedang terbang ke Surabaya atau liburan. Namun, keluarga tidak ada yang menyangka jika berakhir seperti ini.Ulfa bercerita, tidak ada luka di tubuh kakaknya. Hanya ada luka di lehernya saja.
Ajeng Faradilah, anak pertama korban sangat terpukul atas kejadian ini, meski demikian dia mengaku ikhlas atas takdir yang menimpa keluarganya. Masih teringat jelas perkataan ayahnya yang ingin berlibur sekeluarga saat liburan kali ini. Rencananya keluarga ini bakal berlibur ke Bali. Namun sayangnya, keinginan itu tidak terwujud karena Heru keburu dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa.
0 comments:
Posting Komentar