Rela Ganti Dagangan Demi Raup Rezeki Musiman
Momen lebaran selalu dipungkasi
dengan ritual kupatan alias makan
ketupat. Hal inilah yang selalu dimanfaatkan
oleh para pedagang ketupat
untuk mengais rezeki. Terlebih, mu -
sim lebaran ketupat ini berlangsung
cukup singkat hingga H+7 hari raya
Idul Fitri saja.
SEJAK akhir lebaran lalu, pedagang
ketupat tampak menjamur di beberapa
sudut Sidoarjo. Mulai dari pinggir jalan
hingga pasar-pasar disuguhi para pedagang
yang menjual rangkaian janur
berwarna hijau kekuningan itu.
Seperti di pasar Larangan, deretan
penjual janur dan ketupat tampak lebih
banyak dibandingkan penjual sembako
yang biasanya mangkal di depan pasar
tersebut. Tidak hanya gulungan ketupat
yang telah berbentuk segi empat, tetapi
lembaran janur juga menumpuk di
deretan para penjual ketupat.
Memang setelah lebaran, para pedagang
banyak yang banting setir menjadi
penjual ketupat dibandingkan
berdagang barang-barang lain. Mereka
sengaja menjual ketupat karena rezeki
daun kelapa tersebut dianggap jauh lebih
besar setelah lebaran ini.
Salah satu pedagang, Santoso mengatakan,
menjual ketupat serta janur di
musim lebaran ketupat ini memang
sangat menguntungkan.
Budaya lebaran ketupat yang
masih kental di masyarakat
membuat para pedagang ketupat
kebanjiran order.
Mulai pagi hingga siang, para
pembeli tiada henti berdatangan
untuk membeli ketupat yang
biasanya diisi beras tersebut.
“Hasilnya lumayan, bisa untung
besar,” kata pedagang yang biasanya
menjual buah kelapa ini.
Sejumlah pedagang mengaku
hampir setiap hari ada tiga
hingga lima ikat ketupat terjual
habis. Satu ikat yang berisi 10
ketupat dijual Rp 6 ribu. Tak hanya
ketupat, lembaran janur bahan
untuk membuat ketupat juga
laris. Per 10 lembar janur dijual
Rp 4 ribu.
Para pedagang yang saat ini
berjualan janur tersebut ternyata
sengaja banting setir saat
lebaran ini. Setiap tahunnya,
mereka rela melepas dagangan
wajibnya demi menjual janur
serta ketupat yang laris manis
selapas lebaran.
Momen lebaran selalu dipungkasi
dengan ritual kupatan alias makan
ketupat. Hal inilah yang selalu dimanfaatkan
oleh para pedagang ketupat
untuk mengais rezeki. Terlebih, mu -
sim lebaran ketupat ini berlangsung
cukup singkat hingga H+7 hari raya
Idul Fitri saja.
SEJAK akhir lebaran lalu, pedagang
ketupat tampak menjamur di beberapa
sudut Sidoarjo. Mulai dari pinggir jalan
hingga pasar-pasar disuguhi para pedagang
yang menjual rangkaian janur
berwarna hijau kekuningan itu.
Seperti di pasar Larangan, deretan
penjual janur dan ketupat tampak lebih
banyak dibandingkan penjual sembako
yang biasanya mangkal di depan pasar
tersebut. Tidak hanya gulungan ketupat
yang telah berbentuk segi empat, tetapi
lembaran janur juga menumpuk di
deretan para penjual ketupat.
Memang setelah lebaran, para pedagang
banyak yang banting setir menjadi
penjual ketupat dibandingkan
berdagang barang-barang lain. Mereka
sengaja menjual ketupat karena rezeki
daun kelapa tersebut dianggap jauh lebih
besar setelah lebaran ini.
Salah satu pedagang, Santoso mengatakan,
menjual ketupat serta janur di
musim lebaran ketupat ini memang
sangat menguntungkan.
Budaya lebaran ketupat yang
masih kental di masyarakat
membuat para pedagang ketupat
kebanjiran order.
Mulai pagi hingga siang, para
pembeli tiada henti berdatangan
untuk membeli ketupat yang
biasanya diisi beras tersebut.
“Hasilnya lumayan, bisa untung
besar,” kata pedagang yang biasanya
menjual buah kelapa ini.
Sejumlah pedagang mengaku
hampir setiap hari ada tiga
hingga lima ikat ketupat terjual
habis. Satu ikat yang berisi 10
ketupat dijual Rp 6 ribu. Tak hanya
ketupat, lembaran janur bahan
untuk membuat ketupat juga
laris. Per 10 lembar janur dijual
Rp 4 ribu.
Para pedagang yang saat ini
berjualan janur tersebut ternyata
sengaja banting setir saat
lebaran ini. Setiap tahunnya,
mereka rela melepas dagangan
wajibnya demi menjual janur
serta ketupat yang laris manis
selapas lebaran.
0 comments:
Posting Komentar