Ratusan warga Desa Bohar Kecamatan Taman, berunjuk rasa di depan
kantor balai desa Bohar pada Kamis (27/9). Mereka menuntut agar tanah
kas desa (TKD) yang dulu berfungsi sebagai lahan irigasi untuk pengairan
sawah para petani segera dikembalikan.
Warga Bohar mulai geram dengan ulah para aparat desa mereka. Pasalnya, lahan yang digunakan sebagai lahan irigasi untuk pengairan sawah para petani, telah dijual ke PT Tunggal. Saat ini lahan tersebut telah diuruk sehingga para petani merasa kesulitan untuk mendapatkan air untuk mengaliri sawahnya.
Dalam menjalankan aksinya kemarin, warga Bohar membawa bambu runcing dan membakar ban bekas di sekitar lokasi demo. Mereka menuntut agar aparat desa mempertanggungjawabkan lahan irigasi yang telah dijual kepada PT Tunggal. Warga juga menuntut agar segera membongkar pengurukan yang telah dilakukannya.
Sekedar diketahui, saat ini parit seluas 4,5 meter sepanjang 580 meter tersebut merupakan Tanah Kas Desa Bohar. Namun, beberapa waktu lalu, ternyata tanah yang berfungsi sebagai lahan irigasi tersebut dijual oleh aparat desa setempat kepada PT Tunggal dan telah diuruk.
Rencananya, PT Tunggal akan memanfaatkan tanah tersebut untuk membangun sebuah pergudangan. Saat ini, proses pembangunannya masih sampai pada proses pengurukan. Warga yang merasa membutuhkan akan manfaat lahan irigasi tersebut akhirnya protes dan menuntut agar lahan TKD tersebut dikembalikan.
“Kami minta agar urukan yang mengenai parit dibongkar lagi. Jika tidak, kami akan membongkar sendiri urukan tersebut,” ujar Santoso, salah satu perwakilan warga, Kamis (27/9).
Namun sayang, aksi yang dilakukan oleh para warga Bohar ini tidak ditemui oleh aparat desa setempat. Karena lama tidak mendapatkan hasil, akhirnya para warga memindah lokasi unjuk rasa, kali ini mereka menuju lahan pengurukan yang telah diuruk oleh PT Tunggal.
Sesampainya di lokasi pengurukan yang sudah menjadi milik PT Tunggal, Warga langsung menancapkan bambu runcing yang mereka bawa di atas lahan yang menurut mereka sebelumnya merupakan parit. “Ini adalah parit kami,” terang salah seorang warga.
Aksi tersebut, sempat mendapat perlawanan dari para karyawan gudang yang disinyalir merupakan preman bayaran. Namun, dimungkinkan karena kalah jumlah, para karyawan tersebut keder dan melarikan diri dari lokasi pengurukan.
Setelah menancapkan bambu runcing pada urukan yang diyakini sebagai lahan irigasi para petani, warga beramai-ramai membongkar paving yang telah dipasang oleh PT Tunggal. Dalam aksi kali ini, lagi-lagi warga tidak ditemui oleh perwakilan dari PT Tunggal.
Warga Bohar mulai geram dengan ulah para aparat desa mereka. Pasalnya, lahan yang digunakan sebagai lahan irigasi untuk pengairan sawah para petani, telah dijual ke PT Tunggal. Saat ini lahan tersebut telah diuruk sehingga para petani merasa kesulitan untuk mendapatkan air untuk mengaliri sawahnya.
Dalam menjalankan aksinya kemarin, warga Bohar membawa bambu runcing dan membakar ban bekas di sekitar lokasi demo. Mereka menuntut agar aparat desa mempertanggungjawabkan lahan irigasi yang telah dijual kepada PT Tunggal. Warga juga menuntut agar segera membongkar pengurukan yang telah dilakukannya.
Sekedar diketahui, saat ini parit seluas 4,5 meter sepanjang 580 meter tersebut merupakan Tanah Kas Desa Bohar. Namun, beberapa waktu lalu, ternyata tanah yang berfungsi sebagai lahan irigasi tersebut dijual oleh aparat desa setempat kepada PT Tunggal dan telah diuruk.
Rencananya, PT Tunggal akan memanfaatkan tanah tersebut untuk membangun sebuah pergudangan. Saat ini, proses pembangunannya masih sampai pada proses pengurukan. Warga yang merasa membutuhkan akan manfaat lahan irigasi tersebut akhirnya protes dan menuntut agar lahan TKD tersebut dikembalikan.
“Kami minta agar urukan yang mengenai parit dibongkar lagi. Jika tidak, kami akan membongkar sendiri urukan tersebut,” ujar Santoso, salah satu perwakilan warga, Kamis (27/9).
Namun sayang, aksi yang dilakukan oleh para warga Bohar ini tidak ditemui oleh aparat desa setempat. Karena lama tidak mendapatkan hasil, akhirnya para warga memindah lokasi unjuk rasa, kali ini mereka menuju lahan pengurukan yang telah diuruk oleh PT Tunggal.
Sesampainya di lokasi pengurukan yang sudah menjadi milik PT Tunggal, Warga langsung menancapkan bambu runcing yang mereka bawa di atas lahan yang menurut mereka sebelumnya merupakan parit. “Ini adalah parit kami,” terang salah seorang warga.
Aksi tersebut, sempat mendapat perlawanan dari para karyawan gudang yang disinyalir merupakan preman bayaran. Namun, dimungkinkan karena kalah jumlah, para karyawan tersebut keder dan melarikan diri dari lokasi pengurukan.
Setelah menancapkan bambu runcing pada urukan yang diyakini sebagai lahan irigasi para petani, warga beramai-ramai membongkar paving yang telah dipasang oleh PT Tunggal. Dalam aksi kali ini, lagi-lagi warga tidak ditemui oleh perwakilan dari PT Tunggal.
0 comments:
Posting Komentar