SELAIN menumbuhkan jiwa wirausaha
yang menampilkan karya-karya Usaha
Kecil Menengah (UKM), Sidoarjo Festival
juga memfasilitasi berkembangnya seni
budaya yang ada di Kota Delta. Itu bisa
dilihat dari pagelaran berbagai kesenian.
Salah satunya, mengenalkan grup musik
keroncong Petis, Tulangan. Sesuai namanya,
lagu-lagu yang diusung adalah keroncong.
“Grup ini sudah lama ada, tetapi
perlu sentuhan-sentuhan, dan kesempatan
untuk tampil seperti ini,” kata Ketua Kadin
Sidoarjo Imam Sugiri. Grup ini sebelumnya
juga tampil di Pendopo Kabupaten
Sidoarjo saat ada tamu dari Amerika.
Imam Sugiri yang juga sebagai pembina
Keroncong Petis, mengatakan selain menggerakkan
ekonomi, Sidoarjo Festival juga
mengangkat kegiatan budaya. “Kalau ekonomi dan budaya diangkat secara bersama-
sama, itu akan imbang dan pas. Maka
itu, di even ini juga kita tampilkan kesenian
ludruk, keroncong, band akustik,
dan lain-lainnya,” katanya.
Imam Sugiri menyayangkan Sidoarjo
belum memiliki gedung kesenian. Padahal,
pelaku seni di kota ini cukup banyak,
tetapi tidak mendapatkan fasilitas.
“Seniman itukan tuntutannya tidak macam-
macam. Mereka mampu berkreasi
sendiri, yang penting diberikan tempat
untuk mengekspresikan karyanya sudah
cukup,” papar Imam Sugiri.
Menurutnya, Candi Pari di Porong,
Candi Pamotan di Tulangan, Candi
Dermo di Wonoayu, merupakan lokasi wisata
yang bisa memancing tumbuhnya
pontensi di masyarakat. “Coba kalau di
sana diadakan panggung terbuka. Seniman
bisa berkreasi, ekonomi masyarakat
pun akan menggeliat. Tetapi kalau
perhatian itu tidak ada, ya sulit tumbuh,”
terangnya.
yang menampilkan karya-karya Usaha
Kecil Menengah (UKM), Sidoarjo Festival
juga memfasilitasi berkembangnya seni
budaya yang ada di Kota Delta. Itu bisa
dilihat dari pagelaran berbagai kesenian.
Salah satunya, mengenalkan grup musik
keroncong Petis, Tulangan. Sesuai namanya,
lagu-lagu yang diusung adalah keroncong.
“Grup ini sudah lama ada, tetapi
perlu sentuhan-sentuhan, dan kesempatan
untuk tampil seperti ini,” kata Ketua Kadin
Sidoarjo Imam Sugiri. Grup ini sebelumnya
juga tampil di Pendopo Kabupaten
Sidoarjo saat ada tamu dari Amerika.
Imam Sugiri yang juga sebagai pembina
Keroncong Petis, mengatakan selain menggerakkan
ekonomi, Sidoarjo Festival juga
mengangkat kegiatan budaya. “Kalau ekonomi dan budaya diangkat secara bersama-
sama, itu akan imbang dan pas. Maka
itu, di even ini juga kita tampilkan kesenian
ludruk, keroncong, band akustik,
dan lain-lainnya,” katanya.
Imam Sugiri menyayangkan Sidoarjo
belum memiliki gedung kesenian. Padahal,
pelaku seni di kota ini cukup banyak,
tetapi tidak mendapatkan fasilitas.
“Seniman itukan tuntutannya tidak macam-
macam. Mereka mampu berkreasi
sendiri, yang penting diberikan tempat
untuk mengekspresikan karyanya sudah
cukup,” papar Imam Sugiri.
Menurutnya, Candi Pari di Porong,
Candi Pamotan di Tulangan, Candi
Dermo di Wonoayu, merupakan lokasi wisata
yang bisa memancing tumbuhnya
pontensi di masyarakat. “Coba kalau di
sana diadakan panggung terbuka. Seniman
bisa berkreasi, ekonomi masyarakat
pun akan menggeliat. Tetapi kalau
perhatian itu tidak ada, ya sulit tumbuh,”
terangnya.
0 comments:
Posting Komentar