Pertama…
Diberbagai tempat sering saya lihat simbol dimana yang artinya “Dilarang merokok!”.
Namun, diarea itu lah dimana saya tetap saja melihat banyak orang
berlalu-lalang sedang menghisap rokok, padahal telah ada simbol bahwa
diaera itu dilarang merokok, entah karena letak simbol aturan itu ada
dipojok kiri atas jadi seolah tak terlihat, apa karena itu hanya
dianggap sebagai pajangan kampus saja?
Toh yaa
kita bukan sebagai anak sekolah lagi, yang harus dibilangin,
dinasehatin, diomelin sama gurunya lagi. Ini tuh udah mahasiswa? Masa
iya dosen harus bilangin lagi, nasehatin lagi, tidaak!
Mahasiswa itu
belajar untuk mandiri, bukan hanya dalam belajar dikelas saja, tapi
secara keseluruhan. Sehingga, seterusnya bisa menaati tata aturan yang
berlaku di lingkungan masyarakat. Memang ini semua terlihat sepele,
namun akan berdampak tidak baik jika, hal yang sepele saja tidak bisa di
taati.
Dimana letak kesadarannya? Dan pola berfikirnya?
Memang
saya tidak dan sangat tidak suka mencium asap rokok! Karena baunya sesak
di dada. Apalagi ketika merokok diruangan tertutup bukan di alam bebas
cenderung yang lebih banyak mengirup asapnya orang-orang yang tidak
merokok.
“Yang menghirup cenderung lebih berbahaya daripada yang menghisapnya”
Memang
itu hak nya terutama kaum laki-laki yang sudah merokok, tapi toh yaa
jangan diarea kampus yang emang bukan tempatnya, bukan areanya. Sebagian
kaum perempuan yang tidak suka adanya asap rokok di sekitar kampus dia
akan mengeluh. “Please! Respect to ladies , man.. Thankyou”
Kedua…
Sering kita lihat tata aturan lainnya sama kasusnya dengan yang pertama terlihat sepele namun, berdampak luar biasa yaitu “jangan membuang sampah sembarangan!” atau “buanglah sampah pada tempatnya!”.
Tapi
kenyataannya? Masih banyak saja orag yang membuang sampah dijalanan,
mereka berfikir ada tukang sampah keliling, atau ada tukang sapu
jalanan. Memang benar ada. Tapi kan kita sebagai
manusia pasti punya hati. Mereka bekerja kalau tiap hari, di tiap
detiknya orang membuang smaph sembarangan atau dijalanan kapan
selesainya tukang sapu dijalan mengerjakan pekerjaannya kalau terus
seperti itu?
Dengan
upah yang tak seberapa, namun kerjanya sangat lelah sekali terlihatnya,
itu sangat tidak sebanding. Mereka bekerja seperti itu semata-mata agar
bisa menhidupkan keluarganya, hanya cukup untuk makan saja itu yang
mereka cari. Pendidikan, segala macem bukan itu titik tujuan utamanya,
seolah-olah hanya untuk sesuap nasi. Kita yang masih diberi nikmat untuk
punya pendidikan yang lebih, dimana di tempat kita belajar pendidikan,
kita diajarkan bagaimana menghargai orang lain.
Nah!
Cobalah kita mulai dari yang kecil saja dulu, seperti buang sampah pada
tempatnya, dengan kita membuang smpah pada tempatnya kita sedikit
meringankan tugas seorang tukang sapu jalanan, dan kita pun belajar
menghargai orang lain, belajar bersih untuk diri sendiri, dsb.
Kalau kita perhatikan!
Akibat
banyak orang berlalu-lalang dijalanan membuang sampah di sembarang
tempat, apa yang terjadi, jika tidak ada tukang sapu? Tidak menutup
kemungkinan daerah yang tidak pernah terjadi banjir akan terjadi banjir
bukan? Kalo gitu, sama saja bersihnya lingkungan ini karena tukang sapu
gitu? Kalau masih tidak ada kesadaran diri masing-masing.
Sebenarnya yang harus menjaga kebersihan itu kita semua, bukan hanya
tukang sapu saja. Marilah kita sama-sama membangun kebersihan bersama
dengan menaati peraturan yang ada seperti buang sampah pada tempatnya.
0 comments:
Posting Komentar