Kondisi gedung sekolah SDN 2 Watugolong, Kecamatan Krian sangat
memprihatinkan. Sekolah yang dibiarkan rusak sejak enam tahun lalu ini
seolah menjadi pemandangan klasik dan gambaran umum sekolah-sekolah
pelosok yang ada di wilayah Kabupaten Sidoarjo.
SDN
2 Watugolong ini dikabarkan sudah rusak sejak 2006. Namun, hingga
kini, kerusakan di SDN 2 Watugolong yang semakin parah itu justru belum
mendapaty perhatrian serius. Sekolah yang memiliki empat ruangan itu
rusak parah. Ruangan yang rusak di antaranya dua ruang kelas, satu ruang
guru dan satu ruangan UKS.
Nampak,
para peserta didik kelas 2 harus mengikuti kegiatan belajar mengajar di
bawah infrastruktur pendidikan yang sangat memprihatinkan. Dua ruang
kelas, yaitu kelas 1 dan 2 dihiasi dengan atap plafon jebol dan sebagian
dinding kelas retak-retak. Kondisi yang demikian tentu sangat berbahaya
bagi keselamatan peserta didik. Sebab, sisa atap plafon yang masih
bertahan sewatu-waktu bisa runtuh dan terlihat sebagian palfon sudah
renggang. Meski dihadang keterbatasan infrastruktur, siswa-siswi
terlihat antusias mengikuti proses belajar mengajar.
Sukandar,
kepala sekolah SDN 2 Watugolong mengatakan, pihaknya sudah mengajukan
dana rehab berat sejak tahun 2008 silam. Meski kerusakan terlihat sejak
2006, dia sengaja mengusulkan dana perbaikan mulai 2008. Setelah
menunggu sekian lama, akhirnya Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo
mengucurkan juga anggaran perbaikan berat senilai Rp 191 juta dari APBD
2012.”Tahun 2006 itu rusaknya belum parah. Baru mulai 2008 kerusakan
sudah terlihat parah, plafon banyak yang jebol. Ini sangat berbahaya,”
kata Sukandar.
Dari
empat ruangan yang rusak, ternyata hanya dua ruang kelas yang
mendapatkan dana rehab senilai Rp 191 juta. Meskipun hanya dua ruangan
yang mendapat dana rehab, Sukandar mengaku tidak masalah. Bagi Sukandar
yang terpenting dan menjadi prioritas pihak sekolahan adalah dua ruangan
kelas milik kelas 1 dan 2. Untuk ruang guru dan UKS, kemungkinan akan
direhab tahun depan.”Yang penting murid-murid bisa belajar dengan
tenang. Selama ini kan selalu was-was, kuatir plafon tiba-tiba jebol
lagi,” imbuhnya.
Guna
menyiasati keterbatasan ruang kelas ini, dia membagi dua sif untuk
kegiatan belajar mengajar di sekolahan itu. Bagi kelas 1 dan 2 masuk
pagi, sementara kelas 3 dan 4 masuk siang. Secara pribadi, Sukandar
ingin mengusulkan pula pembangunan empat ruangan kelas baru. Sayangnya,
niat ini belum pernah ia sampaikan ke UPTD Dispendik Kecamatan Krian.
Dalihnya, dia mengetahui bahwa usulan ini pasti hanya dijanjikan saja.
Masalah
bukan berhenti pada sarana infrastruktur yang rusak, namun SDN 2
Watugolong ternyata kekurangan tenaga pendidik, khususnya mata pelajaran
agama dan oleh raga. Terkait masalah ini, Sukandar pernah mengusulkan
tambahan tenaga guru kepada Dispendik Sidoarjo. Lagi-lagi, usulan ini
dimentahkan oleh Dispendik dengan alasan tahun 2011 tidak ada rekrutmen
PNS tenaga guru. Mengatasi hal ini, dirinya berinisiatif mengangkat dua
tenaga guru sukarelawan (sukwan) sebagai langkah sementara mengatasai
kekurangan tenaga guru di sekolah yang dia pimpin.
Kerusakan
sekolah itu mengundang keprihatinan anggota Komisi D, DPRD Sidoarjo,
Wiyono. Dia berharap kondisi sekolah yang rusak parah itu segera
direhab. ’’Dana rehab yang sudah dikucurkan diawasi. Bahkan,
pembangunannya ditingkatkan. Jangan sampai kasus TK Dharmawanita yang
ambruk diterjang angin terulang kembali,’’ katanya.
Karena
itu, Dispendik diminta mengawasi saat pembangunan itu dilaksanakan.
Alasannya, banyak ditemukan fisik bangunan yang tak sesuai dengan
bestek. Untuk itu, pihaknya akan mengagendakan untuk hearing dengan
Dispendik.
0 comments:
Posting Komentar