AKIBAT semburan lumpur Lapindo di
Porong, sentra industri kulit di Tanggulangin hampir mati. Banyak gerai
yang tutup dan perajin berhenti berproduksi. Tapi, secara perlahan, kini
mulai banyak konsumen yang kembali berbelanja di sana sehingga para
pengusaha dan perajin kembali bergairah.
Kini banyak gerai di sepanjang Jalan
Kludan, Raya Tanggulangin, Sidoarjo, yang kembali ramai. Geraigerai itu
memajang aneka tas, koper, hingga jaket kulit. Jika dibandingkan dengan
kondisi sebelum ada semburan lumpur, saat ini jumlah toko di
Tanggulangin belum menyamai jumlah toko sebelum luapan lumpur terjadi.
Jika dulu terdapat deretan toko di
sepanjang jalan, kini masih banyak rumah dengan etalase kaca yang
dibiarkan kosong melompong. Ada juga beberapa toko yang berubah menjadi
konter handphone.
Ketua I Koperasi Intako Sihabudin
menyatakan, tahun ini kondisi Tanggu langin pada umumnya sudah lebih
baik jika dibandingkan dengan 2006 dan 2007. Kala itu, gara-gara luapan
lumpur, akses ke Tang gulangin seakan terputus dari manamana. Kemacetan
menjadi momok calon pengunjung.
Sebab, jalan ter sebut menjadi jalur
alternatif bagi yang ingin menghindari kema cetan di Jalan Raya Porong.
Belum lagi ada kesalahan persepsi bahwa sentra kerajinan Tanggulangin
ikut tenggelam gara-gara semburan lumpur. Padahal, yang terbenam adalah
Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (TAS).
Yang tidak tahu menganggap bahwa
industri tas Tanggulangin berada satu kawasan dengan perumahan tersebut.
Padahal, jarak antara pusat semburan dan Tanggulangin sekitar 5 km.
”Saya masih ingat, omzet kami turun
drastis. Hingga 70 persen. Jum lah tenaga kerja perajin di Intako juga
berkurang. Banyak yang beralih menjadi pekerja pabrik dan banyak toko
yang mengalihkan fungsinya,” cerita dia saat ditemui di showroom Intako.
Namun, dua tahun terakhir, kawasan Tanggulangin mulai mengge liat.
Para perajin existing menam bah jumlah
produksi sehingga kembali menarik tenaga kerja terampil. ”Sekarang
jumlah pekerja di pengusaha dan perajin Intako sekitar 7.000 orang,”
kata Sihabudin.
Tanggulangin bisa bertahan hingga kini
bukan saja karena semangat pantang menyerah pengusaha mau pun
perajinnya, namun juga di dorong keinginan untuk me lestarikan
kebudayaan peninggalan ke luarga mereka.
Apalagi, keterampilan para perajin Tanggulangin sudah memiliki standar internasional yang tak perlu diragukan lagi kualitasnya.
0 comments:
Posting Komentar