Dicurigai karena konfigurasi nilai Ujian Akhir siswanya yang kembar dan
mendominasi di SMPN favorit di Sidoarjo, Budiono Kepala SD Hang Tuah 9
menanggapinya dengan santai. Menurut dia, hasil Ujian Akhir itu adalah
karya anak-anak didiknya sendiri saat ujian.
Dikatakannya, sistem pendidikan dan pengajaran di sekolah yang dipimpinnya itu memang intensif. Mempersiapkan Ujian Nasional, bahkan para siswa diikutkan program Pondok UN, karantina, dan drill secara maksimal.
“Sejak masuk kelas 6, para siswa memang kita drill agar siap Ujian Nasional. Seluruh materi ajaran dalam satu tahun kita berikan di semester awal. Pada semester genap, kita fokuskan pada program-program try out,” kata dia.
Tidak heran anak-anak didik sekolah ini sejak bertahun-tahun lalu memang mencatatkan prestasi yang membanggakan. Diantara yang terakhir ini adalah juara 3 bidang IPA nasional, juara 2 lomba murid teladan se-Kabupaten Sidoarjo, juara 3 kejuaraan karate nasional kategori usia dini, dan masih banyak lagi.
Tentang kecurigaan kecurangan, Budiono mempersilakan mereka yang curiga datang ke sekolahnya yang ada di Kompleks TNI AL Candi, Sidoarjo.
Saat berlangsungnya Ujian Nasional, kata dia, 150 siswa ditempatkan di 8 kelas. Para pengawasnya pun berasal dari luar sekolah.
Dari penelusuran sekolah, siswa-siswi yang nilai akhirnya kembar itu tersebar di 8 kelas. “Tidak terkonsentrasi di satu kelas,” kata dia. Sampai hari terakhir Ujian Nasional pun, ujar dia, tidak ada laporan kejadian yang menonjol. Kesimpulannya, semua berjalan sesuai prosedur.
Mengetahui siswa-siswi dari SD Hang Tuah 9 Sidoarjo banyak yang diterima di SMP-SMP favorit, Budiono mengaku hal tersebut hal yang lumrah di sekolah yang dipimpinnya 2 tahun belakangan.
“Kami ini sekolah swasta. Yang kami ‘jual’ adalah prestasi siswanya. Kalau sekolah ini berprestasi, pasti orangtua siswa akan berbondong-bondong menyekolahkan anaknya di sini. Karena itu kami memang menempa anak-anak untuk mendapat nilai Ujian Akhir yang bagus, bukan dengan berbuat curang, tapi melatih dan mengajar mereka sejak dini gar mereka juara,” pungkas Budiono.
Dikatakannya, sistem pendidikan dan pengajaran di sekolah yang dipimpinnya itu memang intensif. Mempersiapkan Ujian Nasional, bahkan para siswa diikutkan program Pondok UN, karantina, dan drill secara maksimal.
“Sejak masuk kelas 6, para siswa memang kita drill agar siap Ujian Nasional. Seluruh materi ajaran dalam satu tahun kita berikan di semester awal. Pada semester genap, kita fokuskan pada program-program try out,” kata dia.
Tidak heran anak-anak didik sekolah ini sejak bertahun-tahun lalu memang mencatatkan prestasi yang membanggakan. Diantara yang terakhir ini adalah juara 3 bidang IPA nasional, juara 2 lomba murid teladan se-Kabupaten Sidoarjo, juara 3 kejuaraan karate nasional kategori usia dini, dan masih banyak lagi.
Tentang kecurigaan kecurangan, Budiono mempersilakan mereka yang curiga datang ke sekolahnya yang ada di Kompleks TNI AL Candi, Sidoarjo.
Saat berlangsungnya Ujian Nasional, kata dia, 150 siswa ditempatkan di 8 kelas. Para pengawasnya pun berasal dari luar sekolah.
Dari penelusuran sekolah, siswa-siswi yang nilai akhirnya kembar itu tersebar di 8 kelas. “Tidak terkonsentrasi di satu kelas,” kata dia. Sampai hari terakhir Ujian Nasional pun, ujar dia, tidak ada laporan kejadian yang menonjol. Kesimpulannya, semua berjalan sesuai prosedur.
Mengetahui siswa-siswi dari SD Hang Tuah 9 Sidoarjo banyak yang diterima di SMP-SMP favorit, Budiono mengaku hal tersebut hal yang lumrah di sekolah yang dipimpinnya 2 tahun belakangan.
“Kami ini sekolah swasta. Yang kami ‘jual’ adalah prestasi siswanya. Kalau sekolah ini berprestasi, pasti orangtua siswa akan berbondong-bondong menyekolahkan anaknya di sini. Karena itu kami memang menempa anak-anak untuk mendapat nilai Ujian Akhir yang bagus, bukan dengan berbuat curang, tapi melatih dan mengajar mereka sejak dini gar mereka juara,” pungkas Budiono.
0 comments:
Posting Komentar