Hari Suwandi (44), korban lumpur Lapindo yang berjalan kaki dari Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ke Jakarta untuk menuntut keadilan bagi korban Lumpur, didatangi orang-orang yang mencurigakan dalam perjalanan.
Di wilayah Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ia dihampiri empat orang yang mengendarai mobil. Salah seorang turun dari mobil dan memotret Hari.
Harto Wiyono (42), korban lumpur Lapindo lainnya yang mengawal Hari dengan sepeda motor menuturkan, mobil jenis APV itu tiba-tiba berhenti di depan Hari. Empat orang bertubuh kekar turun dari mobil dan langsung mendekati Hari.
"Wajahnya tampak serius. Badannya besar dan kekar. Biasanya kan orang mendatangi mas Hari langsung jabat tangan terus bilang selamat. Mereka tidak bilang apa-apa tapi langsung memotret mas Hari," tutur Harto, Jumat (15/6/2012).
Setelah memotret Hari, empat orang itu kembali ke dalam mobil lalu pergi. Kehadiran empat orang secara tiba-tiba itu membuat Hari dan Harto khawatir. "Kami sih tetap harus semangat, tidak perlu takut," ujar Harto.
Hari dan Harto merasa sudah dikuntit orang-orang mencurigakan sejak hari pertama keberangkatannya, Kamis (14/6/2012).
Saat sedang beristirahat di depan sebuah pusat perbelanjaan di Kota Surabaya, misalnya, Hari tiba-tiba didatangi seorang lelaki berusia sekitar 40 tahun. Lelaki itu tidak memperkenalkan diri, namun langsung menanyakan arah ke jalur Pantura. Ia mengaku sedang jalan kaki dari Bali ke Jakarta. Ia sempat menyatakan ingin berangkat ke Jakarta bersama Hari.
Menurut Hari, meski mengaku sudah berjalan kaki dari Bali sejak 1 Juni, tidak tampak tanda-tanda kelelahan di wajah maupun tubuh lelaki itu. Bendera merah-putih yang dipasang di ranselnya juga tampak bersih, tanpa noda. Padahal wajah Hari yang berjalan dari Porong ke Surabaya saja sudah terlihat pucat, dengan kulit yang kusam karena terbakar matahari.
Selang beberapa menit kemudian, seorang lelaki berusia 30 tahunan tiba-tiba datang. Lagi-lagi tanpa memperkenalkan diri, dan langsung memberi petunjuk arah ke Pantura. "Mau ke Jakarta ya, saya sering touring, saya hapal betul jalan dari Surabaya ke Jakarta, nanti pasti langsung sampai," tuturnya.
Laki-laki penunjuk arah itu cenderung mengotot saat memberikan arah. Namun ia tampak kebingungan saat ditanya sedang apa dia di lokasi tersebut. Keduanya akhirnya pergi setelah tidak mendapat banyak tanggapan dari Hari.
0 comments:
Posting Komentar