Informasi Sidoarjo on http://www.infosda.com

Kamis, 19 Juli 2012

Gara-gara Ditolak RSUD SIDOARJO Pasien SKTM Cuci Darah Wadul Dewan

Baru Selasa (17/7) anggota DPR menyoroti kebijakan pembatasan jumlah surat keterangan tidak mampu (SKTM) di Sidoarjo.
Eh, kemarin(18/7) puluhan pasien pemegang SKTM cuci darah (hemodialisis) harus balik kucing. Mereka yang sudah biasa memakai fasilitas SKTM tidak bisa dilayani di RSUD. Karena ditolak, sejumlah pasien cuci darah tersebut mendatangi Komisi D DPRD Sidoarjo.
Eddi Koestanto
Mereka datang dengan kondisi cukup memprihatinkan. Ada yang terlihat sudah pucat, badannya menghitam, hingga perut yang sudah menggelembung. Bahkan, di an tara mereka ada yang membawa serta kursi roda dan tabung gas lengkap dengan infus.
Salah seorang di antara mereka adalah Maal Akiyat, 50. Warga asal Kebon Agung, Sukodono, tersebut dengan tertatih ikut nglurug ke gedung wakil rakyat. Kata dia, sejak 1 Juli RSUD tidak lagi menerima SKTM miliknya. Padahal, sudah ada tanda tangan lurah dan camat.
Maal pun harus mencari dana untuk kebutuhan biaya cuci darah. Jika tidak, tentu nyawanya terancam. Biasanya, dirinya harus melakukan cuci darah dua kali seminggu. Karena harus membayar, dia terpaksa menjadwal seminggu sekali.
Terhitung 1 Juli hingga 17 Juli, dia hanya bisa melakukan dua kali hemodialisis. Di RSUD Sidoarjo, sekali cuci darah bisanya menghabiskan anggaran sekitar Rp 790 ribu. Namun, karena hanya seminggu sekali, akhirnya harus menambah biaya untuk kepentingan membantu mengeluarkan kotoran di tubuhnya.
”Biayanya sekitar Rp 200 ribu. Kami ini benarbenar pasien tidak mampu,” ucapnya. Maal menderita gagal ginjal selama lima tahun ini. Selama 2,5 tahun dirinya pun telah melakukan cuci darah dengan biaya dari kantong pribadi di RS Husada Utama.
”Selama itu, saya sudah menghabiskan biaya sekitar Rp 360 juta,” terangnya. Hingga akhirnya, dia tidak mampu lagi dan terpaksa mengandalkan SKTM. Kebijakan pembatasan tersebut jelas memukul orang yang bernasib seperti dirinya.
”Saya cari uang ke mana lagi agar bisa cuci darah? Segala bentuk pengobatan sudah saya lalui. Mulai alternatif dengan obat sampai segala macam. Satu-satunya jalan hanya cuci darah,” ungkap dia.
Koordinator Aksi Imam Fatoni menyatakan, hingga siang kemarin sudah ada delapan pasien miskin yang terpaksa pulang dari rumah sakit. Jumlah tersebut diprediksi akan bertambah seiring dengan pembatasan SKTM terhadap pasien cuci darah.
Saat ini setidaknya ada 190 pasien miskin yang menggantungkan hidup dari cuci darah. Ketua Komisi D Mahmud menyatakan, per 1 Juli memang ada kebijakan dari pemkab membatasi jumlah SKTM.
Pemkab menetapkan hanya pasien yang masuk dalam database pemerintah yang bisa menggunakan SKTM. Di luar itu tidak bisa lagi. ”Akhirnya, mulai tingkat lurah, camat, dan RSUD harus terikat dengan kebijakan tersebut,” katanya.
Dia berharap dinas terkait bisa terus melakukan update berkala. SKTM dapat tetap diberikan selama yang bersangkutan memang benar-benar miskin. Hari ini rencananya komisi D mengundang Sekkab, kepala bappekab, dan direktur RSUD.
Anggota Komisi D Didik Budi Santosa menambahkan, selama ini masih belum ada keterbukaan dari instansi terkait dalam menetapkan database. ”Logikanya, kalau pasien itu dilayani sebelumnya, seharusnya kan masuk dalam database baru.
Ternyata tidak ada. Kalau seperti itu, dasar penentuan database apa?” tanyanya. Didik menjelaskan, selama ini bapekkab  hanya memberikan data dengan angka. Dasarnya dari mana, DPRD tidak pernah mendapat keterangan. ”Ini masalah nyawa orang,” kata dia.

0 comments:

Posting Komentar

Tukar Link Disini :

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Latest Templates


Powered By Blogger
Informasi Sidoarjo 2012. Diberdayakan oleh Blogger.