Terus terang saja memang saya termasuk yang menyesalkan kenapa Karni
Ilyas masih bertahan di TV One, dengan kasusnya Lapindo dan Nurdin
Halid, telah menghapus seluruh bangunan image yang telah dibangunnya
sendiri terutama image dirinya sebagai kampiun televisi berita. yang
mampu membawa berita sebagai komoditas penarik pemirsa.
Sejak lama tak terbayangkan bahwa berita menjadi sumber pendapatan utama stasiun televisi, bahkan Metro TV saat itu tidak mampu menjadikan berita sebagai komoditas yang menguntungkan. Tetapi satu satunya hanya karni ilyas yang bisa membuktikannya, seiring dengan kesuksesan TV Aljazeera, dan juga kesuksesan Metro TV di awal pendiriannya. Tidak tahu sebabnya, Metro TV kemudian berbelok menjadi TV biasa yang tidak memnjadikan berita sebagai produk utama penghasilan perusahaan.
Tibalah saatnya semua ide2nya barangkali akan tersalurkan dengan baik, datanglah TV One dari keluarga Bakrie untuk membangun TV One sebagai TV berita, mendesain TV one sebagai TV yang produk utamanya adalah pemberitaan. Maka dengan senang hati Karni datang dan mendesain seluruh manajemen dengan pemberitaan sebagai produk utama. dari kemasan hingga pendukung produknya.
“Jualan tvOne bukan rating, tetapi image,” tutur Karni. “Saya sudah membuktikan di SCTV. Dalam enam tahun, tahun pertama Divisi News masih merugi. Tahun kedua mencapai BEP. Tahun ketiga sampai keenam, kita untung tidak tanggung-tanggung, Rp 120 miliar per tahun. Ini net profit, sudah dikurangi gaji karyawan dan lain-lain.” Metro TV tewas dilibas oleh TV One, Bahkan TV One memperoleh rating tertinggi diatas tayangan hiburan yang lain, saat operasi penggrebekan rumah Nurdin M. Top di Temanggung.
Jakarta Lawyers Club, adalah primadona acara pemberitaan dan pembahasannya yang langsung dikomandani oleh Karni Ilyas sendiri, dan memang berhasil memukau dan menjadi ikon pemberitaan serta pembahasannya, bahkan Tempo sebagai pemegang pembahasan berita didunia majalah, terlihat seolah tertinggal dan ketinggalan jaman. terseret oleh pembahasan berita dan trend topic berita di TV one. Kedigdayaan Jakarta lawyers klub yang mampu merambah dunia pokitik dengan segala macam berita dan kontoversi, merupakan lahan garapan yang maha dahsyat sebagai ikon pembawa trend topic dan issue dalam masyarakat terutama politik.
Hal inilah yang kemudian menjadikan komoditas Karni Ilyas meningkat tajam sebagai ikon pembawa trend topic di masyarakat politik, kesuksesan yang justru menghadirkan kendala baru dan tantangan yang tidak gampang di lalui, hambatan besar menghadang kesuksesannya termasuk dirinya ada didalamnya. Ancaman terhadap roh kesuksesannya menjadi bumerang yang harus memaksanya ada di persimpangan jalan, kalau tidak boleh di sebut terhidangnya buah simalakama dihadapannya. Kebebasannya terancam, yang merupakan roh produk utama TV One. Ramuannya menjadi tidak independen sedemikian sehingga menghadirkan kontroversi dikalangan masyarakat terhadap TV One, tentu terhadap dirinya yang tidak menjaga di daerah amannya yaitu Independen.
Karni tidak bebas. Di TV One, Tak bisa dipungkiri bahwa dengan masuknya Bakrie sebagai ikon politik mau tidak mau suka tidak suka, TV One juga terseret kedalam arus kepentingan satu kelompok atau golongan, sudah tidak mampu lagi berdiri Independen. Adalah keharusan Karni Ilyas melayani semua yang diinginkan dan di maui oleh kelompok tersebut. sedemikian sehingga trend topic menjadi hilang dari Tv One, menjadi bulan bulanan pemirsa dan masyarakatnya.
Independensi yang menjadi trademark TV One dibawah Karni Ilyas, terhapus demikian mudah, justru kewajiban menjaga citra keluarga Bakrie dan sahabat-sahabat Bakrie dengan baik. Trend topik berita lumpur Lapindo tidak pernah menjadi headline news. Mengingkari trend berita yang ada di masyarakat yang juga pemirsa setianya, pemegang kartu rating Penyiaran, bahkan Istilah ‘lumpur Lapindo’ sendiri diubah namanya,
Yang tak kalah kontroversinya adalah ketika peristiwa Nurdin Halid, saat menjadi Ketua PSSI, yang telah melakukan tindakan2 yang tidak populer di masyarakat, mengangkangi PSSI dari penjara, sehingga timbul gerakan melengserkannya, TV One dan ANTV ‘terpaksa’ memihak Nurdin, dengan segala upayanya, yang akhirnya justru menjadi bumerang kepada diri dan acaranya, menjatuhkan Jakarta lawyers Club kedalam jurang yang tak lagi bisa menjadi ikon Independen yang berwibawa kembali.
Terlalu nyata Tv One menjadi kendaraan kepentingan yang tidak populer di mayarakat, sehingga menjadi sumber pemberitaan yang bias dan sumber pelintiran, akhirnya dimasyarakat timbul istilah dan julukan baru untuk TVone, menjadi diplesetkan menjadi TV oon, dengan ikonnya karnie Ilyas. Berdiri didepan membentuk citra kelompok dengan membabi buta memfasilitasi sisi berita tanpa memberikan sisi lain dari berita.
Celakanya sisi berita yang dibelanya adalah sisi berita yang berlawanan dengan keadaan sebenarnya di masyarakat, melawan Legal Formal, adalah adagium utama Karni Ilyas untuk tidak dilanggar, Karni tidak pernah mau melawan keadaan yang sebenarnya, Karni justru mengedepankan kesahihan berita membuka selip2 berita yang melawan berita2 karena pencitraan.
Adalah berita yang bagus dan aktual, akhirnya Karni Ilyas mesti harus menyelamatkan dirinya sebagai ikon indpenden memperjuangkan kembali, kebenaran melalui berita, hengkang dari TV ONe, Televisi yang telah di besarkannya dengan adagium Independen, dengan ikon Jakarta Lawywers Klub, tetapi apa lacur ternyata justru di gunakan sebagai kendaraan politik dan ditunggangi kepentingan, adalah kondisi yang bertolak belakang dengan asas produk yang di hasilkannya. Kabar yang paling kuat, stasiun televisi yang ‘membajak’-nya adalah salah satu televisi di grup MNC milik Hary Tanoesoedibjo.
Spekulasi yang terkuat, Karni akan mengendalikan Global TV yang kelak akan dijadikan televisi yang porsi beritanya lebih kencang. Mengembalikan posisinya sebagai Ikon Independen dalam menampilkan berita yang tak berat sebelah, selalu menampilkan pemberitaan dari dua sisi dengan sangat baik dan porsi yang seimbang. Tentu dengan format dan bentuk yang barangkali berbeda, kita tunggu saja apa kelanjutan Karni Ilyas dengan Ikon Indepensensi berita
Semoga cita cita Karni Ilyas dalam mempertahankan ikon berita independen dengan menampilkan dua sisi yang berseberangan dalam satu paket berita, akan menghadirkan wawasan kecerdasan bagi pemirsa dan penontonnya.
Menghindarkan diri dari pola pencitraan dan kendaraan untuk tunggangan bagi kepentingan kelompok maupun golongan. kepihakan atas kebenaran dan masyarakat adalah asas yang perlu dan harus dipertahankan dan di teruskan sebagai dasar utama membangkitkan pemberitaan sebagai komoditas dikalangan masyarakat Televisi.
Membangun manusia seutuhnya melalui pemberitaan independen dijauhkan dari alat tunggangan pencitraan, yang cenderung membohongi dan mengelabuhi masyarakat atas kejadian yang sebenarnya. dan menjaga masyarakat tetap ada dalam tingkat kecerdasan menerima dan mencerna berita. membiasakan untuk selalu melihat masalah degan bijaksana serta menjauhkan dari stigma dan judgment.
Bravo, Tinggalkan yang tak produktip, dekatkan yang bermanfaat bagi masyarakat sekarang juga dan seterusnya
Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !
Jakarta 22 July 2012
Zen Muttaqin
Sejak lama tak terbayangkan bahwa berita menjadi sumber pendapatan utama stasiun televisi, bahkan Metro TV saat itu tidak mampu menjadikan berita sebagai komoditas yang menguntungkan. Tetapi satu satunya hanya karni ilyas yang bisa membuktikannya, seiring dengan kesuksesan TV Aljazeera, dan juga kesuksesan Metro TV di awal pendiriannya. Tidak tahu sebabnya, Metro TV kemudian berbelok menjadi TV biasa yang tidak memnjadikan berita sebagai produk utama penghasilan perusahaan.
Tibalah saatnya semua ide2nya barangkali akan tersalurkan dengan baik, datanglah TV One dari keluarga Bakrie untuk membangun TV One sebagai TV berita, mendesain TV one sebagai TV yang produk utamanya adalah pemberitaan. Maka dengan senang hati Karni datang dan mendesain seluruh manajemen dengan pemberitaan sebagai produk utama. dari kemasan hingga pendukung produknya.
“Jualan tvOne bukan rating, tetapi image,” tutur Karni. “Saya sudah membuktikan di SCTV. Dalam enam tahun, tahun pertama Divisi News masih merugi. Tahun kedua mencapai BEP. Tahun ketiga sampai keenam, kita untung tidak tanggung-tanggung, Rp 120 miliar per tahun. Ini net profit, sudah dikurangi gaji karyawan dan lain-lain.” Metro TV tewas dilibas oleh TV One, Bahkan TV One memperoleh rating tertinggi diatas tayangan hiburan yang lain, saat operasi penggrebekan rumah Nurdin M. Top di Temanggung.
Jakarta Lawyers Club, adalah primadona acara pemberitaan dan pembahasannya yang langsung dikomandani oleh Karni Ilyas sendiri, dan memang berhasil memukau dan menjadi ikon pemberitaan serta pembahasannya, bahkan Tempo sebagai pemegang pembahasan berita didunia majalah, terlihat seolah tertinggal dan ketinggalan jaman. terseret oleh pembahasan berita dan trend topic berita di TV one. Kedigdayaan Jakarta lawyers klub yang mampu merambah dunia pokitik dengan segala macam berita dan kontoversi, merupakan lahan garapan yang maha dahsyat sebagai ikon pembawa trend topic dan issue dalam masyarakat terutama politik.
Hal inilah yang kemudian menjadikan komoditas Karni Ilyas meningkat tajam sebagai ikon pembawa trend topic di masyarakat politik, kesuksesan yang justru menghadirkan kendala baru dan tantangan yang tidak gampang di lalui, hambatan besar menghadang kesuksesannya termasuk dirinya ada didalamnya. Ancaman terhadap roh kesuksesannya menjadi bumerang yang harus memaksanya ada di persimpangan jalan, kalau tidak boleh di sebut terhidangnya buah simalakama dihadapannya. Kebebasannya terancam, yang merupakan roh produk utama TV One. Ramuannya menjadi tidak independen sedemikian sehingga menghadirkan kontroversi dikalangan masyarakat terhadap TV One, tentu terhadap dirinya yang tidak menjaga di daerah amannya yaitu Independen.
Karni tidak bebas. Di TV One, Tak bisa dipungkiri bahwa dengan masuknya Bakrie sebagai ikon politik mau tidak mau suka tidak suka, TV One juga terseret kedalam arus kepentingan satu kelompok atau golongan, sudah tidak mampu lagi berdiri Independen. Adalah keharusan Karni Ilyas melayani semua yang diinginkan dan di maui oleh kelompok tersebut. sedemikian sehingga trend topic menjadi hilang dari Tv One, menjadi bulan bulanan pemirsa dan masyarakatnya.
Independensi yang menjadi trademark TV One dibawah Karni Ilyas, terhapus demikian mudah, justru kewajiban menjaga citra keluarga Bakrie dan sahabat-sahabat Bakrie dengan baik. Trend topik berita lumpur Lapindo tidak pernah menjadi headline news. Mengingkari trend berita yang ada di masyarakat yang juga pemirsa setianya, pemegang kartu rating Penyiaran, bahkan Istilah ‘lumpur Lapindo’ sendiri diubah namanya,
Yang tak kalah kontroversinya adalah ketika peristiwa Nurdin Halid, saat menjadi Ketua PSSI, yang telah melakukan tindakan2 yang tidak populer di masyarakat, mengangkangi PSSI dari penjara, sehingga timbul gerakan melengserkannya, TV One dan ANTV ‘terpaksa’ memihak Nurdin, dengan segala upayanya, yang akhirnya justru menjadi bumerang kepada diri dan acaranya, menjatuhkan Jakarta lawyers Club kedalam jurang yang tak lagi bisa menjadi ikon Independen yang berwibawa kembali.
Terlalu nyata Tv One menjadi kendaraan kepentingan yang tidak populer di mayarakat, sehingga menjadi sumber pemberitaan yang bias dan sumber pelintiran, akhirnya dimasyarakat timbul istilah dan julukan baru untuk TVone, menjadi diplesetkan menjadi TV oon, dengan ikonnya karnie Ilyas. Berdiri didepan membentuk citra kelompok dengan membabi buta memfasilitasi sisi berita tanpa memberikan sisi lain dari berita.
Celakanya sisi berita yang dibelanya adalah sisi berita yang berlawanan dengan keadaan sebenarnya di masyarakat, melawan Legal Formal, adalah adagium utama Karni Ilyas untuk tidak dilanggar, Karni tidak pernah mau melawan keadaan yang sebenarnya, Karni justru mengedepankan kesahihan berita membuka selip2 berita yang melawan berita2 karena pencitraan.
Adalah berita yang bagus dan aktual, akhirnya Karni Ilyas mesti harus menyelamatkan dirinya sebagai ikon indpenden memperjuangkan kembali, kebenaran melalui berita, hengkang dari TV ONe, Televisi yang telah di besarkannya dengan adagium Independen, dengan ikon Jakarta Lawywers Klub, tetapi apa lacur ternyata justru di gunakan sebagai kendaraan politik dan ditunggangi kepentingan, adalah kondisi yang bertolak belakang dengan asas produk yang di hasilkannya. Kabar yang paling kuat, stasiun televisi yang ‘membajak’-nya adalah salah satu televisi di grup MNC milik Hary Tanoesoedibjo.
Spekulasi yang terkuat, Karni akan mengendalikan Global TV yang kelak akan dijadikan televisi yang porsi beritanya lebih kencang. Mengembalikan posisinya sebagai Ikon Independen dalam menampilkan berita yang tak berat sebelah, selalu menampilkan pemberitaan dari dua sisi dengan sangat baik dan porsi yang seimbang. Tentu dengan format dan bentuk yang barangkali berbeda, kita tunggu saja apa kelanjutan Karni Ilyas dengan Ikon Indepensensi berita
Semoga cita cita Karni Ilyas dalam mempertahankan ikon berita independen dengan menampilkan dua sisi yang berseberangan dalam satu paket berita, akan menghadirkan wawasan kecerdasan bagi pemirsa dan penontonnya.
Menghindarkan diri dari pola pencitraan dan kendaraan untuk tunggangan bagi kepentingan kelompok maupun golongan. kepihakan atas kebenaran dan masyarakat adalah asas yang perlu dan harus dipertahankan dan di teruskan sebagai dasar utama membangkitkan pemberitaan sebagai komoditas dikalangan masyarakat Televisi.
Membangun manusia seutuhnya melalui pemberitaan independen dijauhkan dari alat tunggangan pencitraan, yang cenderung membohongi dan mengelabuhi masyarakat atas kejadian yang sebenarnya. dan menjaga masyarakat tetap ada dalam tingkat kecerdasan menerima dan mencerna berita. membiasakan untuk selalu melihat masalah degan bijaksana serta menjauhkan dari stigma dan judgment.
Bravo, Tinggalkan yang tak produktip, dekatkan yang bermanfaat bagi masyarakat sekarang juga dan seterusnya
Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !
Jakarta 22 July 2012
Zen Muttaqin
0 comments:
Posting Komentar