Informasi Sidoarjo on http://www.infosda.com

Rabu, 17 Oktober 2012

Kelola Transportasi Masal, Korea Bisa Mengapa Sidoarjo Tidak?

PADA tahun 1970-an,
gambaran angkutan umum
di Korea masih seperti lagu
yang dinyanyikan almarhum
Franky Sahilatua berjudul
‘Bus Kota.’ Kondisinya
berdesakan, dan harus
berlarian sambil berebutan
untuk bisa naik bus
kota. Juga digambarkan
bus kota yang pengap dan
berbau. Gambaran angkutan
umum seperti itu layaknya
di negara kita.
Namun sekarang, kondisi
semacam itu sudah tidak
tampak di Korea. Halte
bus dan terminal sub way
nyaman, beberapa menit
sebelum bus/sub way datang
sudah diumumkan,
sopir bus tahu berapa penumpang
yang ada dalam
busnya, berapa batas kecepatan
maksimum di jalan
yang sedang dilalui, bus
kota bersih dan nyaman,
naik angkutan umum tidak
perlu membawa uang tunai,
biayanya cukup murah,
sudah terkoneksi berbagai
moda transportasi
yang lain, dan semua berbasis
teknologi informatika.
Jaringan bus kota menggunakan
The Smart e-Bus
System. Bus kota digerakkan
dengan sistem elektrik
menggunakan batere.
Sistem ini sangat ramah
lingkungan, karena mengurangi
emisi gas karbon.
Pada setiap halte, sambil
menaik-turunkan penumpang,
bus kota mengganti
batere dengan batere ‘baru’
yang sudah di-charge.
Penggantian batere dilakukan
secara mekanis.
Saat penumpang naik bus,
penumpang menggesekkan
kartu yang dinamai T money,
sebuah kartu semacam
kartu kredit yang digunakan
untuk bisa memanfaatkan
bus kota, sub way,
parkir, taksi, dan fungsi
lainnya.
Dalam bus kota, sopir
dilengkapi sebuah monitor
yang digunakan untuk memonitor
berapa jumlah penumpang bus, kecepatan maksimum
yang diizinkan pada ruas
jalan yang sedang dilalui, serta
jarak bus di depan dan belakangnya.
Setiap akan berhenti,
otomatis disampaikan nama
haltenya. Demikian juga di
setiap halte, tersedia informasi
peta jalur bus beserta kodenya.
Transportasi masal di Korea
dikelola secara terpaadu oleh
Pemkot Seoul bersama beberapa
daerah sekitarnya dalam wilayah
Seoul Metropolitan Area
(SMA). Keberhasilan penyediaan
transportasi masal ini tidak
lepas dari peran sebuah lembaga
non-pemerintah yang bernama
The Korea Transport Institute
(KOTI). Yakni, sebuah lembaga
yang berfungsi sebagai think
tank dari pemerintah dalam
bidang transportasi.
KOTI berperan membangun
sistem transportasi berkelanjutan
yang canggih guna meningkatkan
kesejahteraan sosial
masyarakat. Korea berprinsip
dengan penyediaan transportai
masal yang terjangkau dan
canggih, akan mengurangi beban
pemerintah, beban masyarakat
dalam biaya perjalanan,
memperkecil volume lalu lintas,
mengurangi angka kecelakaan,
dan pada akhirnya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Hasil yang dicapai dengan penyediaan
sistem transportasi
masal yang canggih ini dengan
terwujudnya Green City dengan
identifikasi secara makro adalah
adanya penurunan gas emisi
sebesar 5,5 persen, dan penurunan
volume lalu lintas sebesar
24 persen.
Keberhasilan ini bermanfaat
bagi semua pihak. Bagi pengelola
transportasi, meningkatkan
jumlah penumpang 16
persen dan rata-rata kecepatan
bus meningkat 39 persen. Bagi
pemerintah, terwujudnya manajemen
pengelolaan transportasi
masal yang canggih dan dapat
memperkecil subsidi pemerintah
dalam transportasi. Dan
bagi masyarakat, yang paling
penting mengurangi risiko kecelakaan
dan meningkatkan kenyamanan
transportasi yang
terjangkau.
Salah satu contoh keberhasilan
pengelolaan sistem transportasi
masal di Korea bisa
dilihat dalam pengelolaan T
money (Transport money). T
money dikelola oleh Korea Smart
Card Company (KSCC) yang
dibentuk pada tahun 2003.
Sistem ini mulai di-launching
ke masyarakat pada tahun 2004.
KSCC merupakan gabungan
beberapa perusahaan dan pemerintah
yang mengelola sistem
manajemen keuangan transportasi
masal dengan nama T
money.
Pengguna T money pada tahun
2010 sudah mencapai 1,3
juta. Bentuknya sudah fashionable.
Ada bentuk seperti kartu
kredit, jam tangan, gantungan
kunci, dan bentuk asesoris lain.
Keberhasilan T money di Korea
diaplikasikan ke negara
lain. Sejak 2011, sistem ini
sudah diaplikasikan dan KSCC
dipercaya dalam pengelolaan
sistem transportasi masal di
Bogotta Kolombia, Selandia
Baru, dan Malaysia.
Bagaimana peran masyarakat
dalam sistem transportasi masal?
Tingkat kedisiplinan dan
tingkat kepatuhan masyarakat
Korea bisa menjadi contoh bagi
masyarakat kita. Contoh sederhana,
masyarakat menyeberang
jalan pasti di tempat penyeberangan.
Masyarakat Korea juga sangat
peduli dengan keberadaan
transportasi masal. Semua fasilitas
terawat dan berfungsi
dengan baik. Tidak tampak ada
fasilitas umum yang rusak atau
kotor. Masyarakat membutuhkan
dan merasa terbantu dengan
tersedianya transportasi
masal. Kalau di Korea bisa,
kapan di negara kita bisa terwujud
transportasi masal seperti
ini?.

0 comments:

Posting Komentar

Tukar Link Disini :

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Latest Templates


Powered By Blogger
Informasi Sidoarjo 2012. Diberdayakan oleh Blogger.