Flu Burung Serang Kecamatan Balongbendo, Jabon & Sidoarjo

Sidoarjo, Nuning Pujiastuti,
ciri-ciri tersebut merupakan
kematian yang disebabkan flu
burung.
“Kalau kita lihat dari ciri ciri
kematiannya yang mendadak
itu merupakan flu burung,” ujar
Nuning yang kemarin meninjau
lokasi langsung ke rumah Sabar.
Nuning menambahkan saat
ini virus flu burung mengalami
perkembangan. “Jika dulu clade-
nya 2.1, tren saat ini cladenya
sudah 2.3,” ungkapnya. Clade
merupakan kelompok organisme
terutama spesies yang
memiliki keturunan sama. Maksudnya,
dulu flu burung banyak
menyerang ayam. Kini virus ini
sudah menjalar menyerang
unggas lain, misalnya bebek.
Ia menjelaskan clade yang
berubah ini berpengaruh pada
penyerangan unggas. Dulu
dengan clade 2.1 yang terserang
ayam. Namun dengan tren terbaru,
bebek juga rentan untuk
diserang. Untuk mencegah menyebarnya
virus tersebut harus
dilakukan vaksinasi kepada
unggas. Selain itu penyemprotan
desinfektan dengan TH4 secara
rutin juga bisa mencegah
penyebaran virus.
Sementara itu untuk mengantisipasi
menularnya virus
tersebut ke manusia, Nuning
menyarankan harus dilakukan
potong paksa kepada unggas
yang positif mengidap flu burung.
“Setelah itu bangkainya
dikumpulkan dalam sebuah lubang,
lalu dibakar,” jelasnya.
Hal tersebut terpaksa dilakukan
agar virus tidak menyerang
manusia.
Di sisi lain, saat ini pihak
Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Peternakan telah menerima
tiga laporan terkait matinya
hewan ternak unggas yaitu di
Kecamatan Balongbendo, Jabon
dan Sidoarjo. Tapi belum pastikan
apakah laporan tersebut flu
burung atau bukan. Untuk memastikannya,
perlu dilakukan
tes terlebih dulu.
Untuk menghindari hal yang
tidak di inginkan Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Peternakan
akan melakukan sosialisasi
kepada masyarakat terkait virus
H5N1 yang saat ini tengah
marak. “Akan segera kita lakukan
sosialisasi meskipun
hingga kini belum ada masyarakat
Sidoarjo yang meninggal
terserang virus tersebut,” tandasnya.