Informasi Sidoarjo on http://www.infosda.com

Selasa, 15 Januari 2013

PMI Sidoarjo: Harus Sabar Berikan Penjelasan pada Pendonor yang Ngeyel

SUASANA ruang laboratorium
LIMLTD UTD
PMI Sidoarjo memang terlihat
sepi, kemarin. Hanya ada
seorang perempuan dengan
memakai pakaian lengkap
layaknya di ruang operasi
rumah sakit. Perempuan yang bernama Evi Setyowati (35)
sibuk dengan mesin barunya
ETI-MAX yang sedikit
meringankan tugas-tugasnya.
Ibu dua anak itu memang
terus memantau alat ETI-MAX
yang berada di sisi barat ruang
LIMLTD. Terlena sedikit saja,
kondisi darah yang nantinya
didonorkan kepada pengguna
darah bisa tidak bersih.
“Memang harus fokus. Alat ini
(ETI-MAX) akan berbunyi jika
kondisi darah yang
dimasukkan tidak steril atau
campuran pemeriksaanya
kurang,” katanya.
Ruang LIMLTD menjadi
salah satu ujung tombak bagi
UTD PMI Sidoarjo. Ruang
tersebut digunakan untuk mendeteksi darah yang
terkandung dalam empat
parameter, yakni, hepatitis B,
hepatitis C, HIV dan sipilis.
Keempat penyakit yang
terkandung dalam dalam
kantong darah serta merta
akan diblacklist.
Setiap hari, setidaknya Evi
akan harus memeriksa 60
kantong darah secara intens.
Pagi hingga siang hari jika
banyak orderan, Evi yang juga
dibantu oleh Mei Prianti harus
siap. “Jika lagi banyak
pendonor kita juga sangat
sibuk,” jelas alumnus D3
Analis Poltekes Surabaya ini.
Tidak hanya itu, bekerja di
tempat ini dia harus bersih.
Pakaian kerjanya wajib
menggunakan baju steril,
mulai sepatu, sarung tangan
maupun masker. Namun
tugas Evi dan Mei tidak
berhenti begitu saja. Setiap
darah yang terdeteksi
mengandung salah satu
parameter penyakit, mereka
juga langsung melaporkan ke
bagian umum.
Selesai? Tidak. Lagi-lagi ada
tugas yang juga harus mereka
kerjakan. Jika ada pendonor
yang ngeyel tentang kondisi
darahnya yang masuk dalam
salah satu parameter seperti
disebutkan di atas, mereka
harus memberikan penjelasan.
Menggunakan data valid dari
laboratourium LIMLTD
mereka harus menerangkan
dengan detail penyakit yang
diderita pendonor.
“Terutama untuk penyakit
HIV dan sipilis,” jelasnya.
Rasa ngeyel pendonor
berpenyakit tersebut tidak
hanya sebatas penjelasan saja.
Mereka terkadang juga
dikuatkan dengan hasil dari
laboratorium lain yang
menyatakan bahwa pendonor
tersebut tidak berpenyakit.
“Itu yang membuat kita
sedikit susah. Kita akhirnya
meminta lab tersebut
menggunakan standar alat
yang minimal sesuai dengan
lab kita,” paparnya.
Dari 23 ribu pendonor darah
di UTD PMI Sidoarjo selama
setahun, hampir 2,3 persennya
adalah para pendonor yang terinfeksi
penyakit. Dari 2,3 persen
tersebut mayoritas memang
sering tidak terima saat dikatakan
berpenyakit.
“Itulah bumbu-bumbu dari pekerjaan
kita. Kadang lancar kadang
ada juga yang ngeyelan,”
jelas perempuan ini.

0 comments:

Posting Komentar

Tukar Link Disini :

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Latest Templates


Powered By Blogger
Informasi Sidoarjo 2012. Diberdayakan oleh Blogger.