SEJUMLAH kasus gizi buruk masih
menjadi prioritas utama Dinas Kesehatan
(Dinkes) Sidoarjo. Namun hingga kini Kota
Delta ini belum bebas dari gizi buruk. Data
menyatakan terdapat 39 kasus gizi buruk pada
tahun 2011, tiga di antaranya meninggal.
Jumlah tersebut menurun di tahun 2012
dengan 32 kasus dan satu kasus kematian.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Seksi Gizi
Mazyarakat Dinkes Sri Andari. “Data terakhir
hingga 2012 tersebut, hingga kini sudah kita
selesaikan 50 persen dan sisanya akan kita
maksimalkan tahun 2013 ini,” ujarnya.
Selain disebabkan oleh tingkat ekonomi dan
rendahnya pengetahuan masyarakat, masih
adanya kasus gizi buruk disebabkan adanya
penyakit lain pada pasien. Sri Andari
menjelaskan ada yang terkena gizi buruk
akibat terserang penyakit lain, misalnya TBC
dan polio. Dua penyakit ini lebih
mendominasi yakni sebanyak 47 persen dari
jumlah kasus.
Dikatakan, dari jumlah tersebut terdapat
dua wilayah yang paling rawan terkena gizi
buruk yaitu di Waru dan Jabon, masingmasing
lima kasus. “Daerah sekitar industri
dan kos-kosan memang paling rentan terkena
gizi buruk,” ungkapnya.
Untuk menekan gizi buruk ini, Dinkes
menggunakan program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) di setiap puskesmas. Paket
PMT tersebut terdiri dari susu, vitamin A,
sirup zat besi dan sirup C. “Selain itu kita
juga melakukan penyuluhan ke 1.733
posyando yang tersebar di Sidoarjo,” tuturnya.
Gizi buruk paling rentan menyerang balita
sejak usia 6 bulan. Sri memaparkan pola
makanan ibu selama menyusui juga bisa
menjadi salah satu penyebab gizi buruk.
Sedangkan adanya penyakit yang menyertai
penderita gizi buruk membuat penanganan
semakin sulit.
“Dari angka kematian akibat gizi buruk
mayoritas disertai dengan penyakit yang
membahayakan,” katanya.
TAHUN | JUMLAH KASUS | MENINGGAL
2011 39 3
2012 32 1
menjadi prioritas utama Dinas Kesehatan
(Dinkes) Sidoarjo. Namun hingga kini Kota
Delta ini belum bebas dari gizi buruk. Data
menyatakan terdapat 39 kasus gizi buruk pada
tahun 2011, tiga di antaranya meninggal.
Jumlah tersebut menurun di tahun 2012
dengan 32 kasus dan satu kasus kematian.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Seksi Gizi
Mazyarakat Dinkes Sri Andari. “Data terakhir
hingga 2012 tersebut, hingga kini sudah kita
selesaikan 50 persen dan sisanya akan kita
maksimalkan tahun 2013 ini,” ujarnya.
Selain disebabkan oleh tingkat ekonomi dan
rendahnya pengetahuan masyarakat, masih
adanya kasus gizi buruk disebabkan adanya
penyakit lain pada pasien. Sri Andari
menjelaskan ada yang terkena gizi buruk
akibat terserang penyakit lain, misalnya TBC
dan polio. Dua penyakit ini lebih
mendominasi yakni sebanyak 47 persen dari
jumlah kasus.
Dikatakan, dari jumlah tersebut terdapat
dua wilayah yang paling rawan terkena gizi
buruk yaitu di Waru dan Jabon, masingmasing
lima kasus. “Daerah sekitar industri
dan kos-kosan memang paling rentan terkena
gizi buruk,” ungkapnya.
Untuk menekan gizi buruk ini, Dinkes
menggunakan program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) di setiap puskesmas. Paket
PMT tersebut terdiri dari susu, vitamin A,
sirup zat besi dan sirup C. “Selain itu kita
juga melakukan penyuluhan ke 1.733
posyando yang tersebar di Sidoarjo,” tuturnya.
Gizi buruk paling rentan menyerang balita
sejak usia 6 bulan. Sri memaparkan pola
makanan ibu selama menyusui juga bisa
menjadi salah satu penyebab gizi buruk.
Sedangkan adanya penyakit yang menyertai
penderita gizi buruk membuat penanganan
semakin sulit.
“Dari angka kematian akibat gizi buruk
mayoritas disertai dengan penyakit yang
membahayakan,” katanya.
TAHUN | JUMLAH KASUS | MENINGGAL
2011 39 3
2012 32 1
0 comments:
Posting Komentar