Informasi Sidoarjo on http://www.infosda.com

Senin, 09 April 2012

Bebas Berisik, Boleh Membaca sambil Tidur

Kemajuan teknologi digital membuat masyarakat semakin jauh dengan buku fisik. Dibukanya Perpustakaan Bait Kata, yang bernuansa rumahan,  diharapkan menjadi ajang wisata edukasi yang asyik di Kota Delta. Satria Nugraha
SUASANA perpustakaan umum, universitas, maupun  sekolah yang cenderung kaku terbantahkan dengan kehadiran Bait Kata.
“Tidak seperti saat di perpustakaan sekolah yang dilarang berisik. Di sini saya bersama teman- teman bebas berisik,” ujar Astianala Ulima Carissa, siswi kelas 7 SMPN 1 Sidoarjo, kemarin. Bukan hanya bebas berisik, pengunjung perpustakaan swasta satusatunya di Sidoarjo ini bebas”‘bergaya’ saat membaca buku.
Pengunjung bisa membaca di kursi ruang tamu, bisa duduk lesehan, bahkan sambil  tiduran. Di Bait Kata, ruang bacanya sendiri tidak disediakan banyak kursi layaknya perpustakaan umum. Fungsi kursi digantikan karpet dan meja panjang di sisi tengah.

LEYEH-LEYEH: Salah satu pengunjung Bait Kata membaca sambil tidur.

Di bagian samping disediakan dua kasur tipis, lengkap dengan bantal untuk membaca sambil rebahan. Asti bersama beberapa teman sekolahnya rutin datang pada hari Jumat sepulang sekolah. Bukan hanya untuk membaca novel kesukaannya, tetapi juga mengerjakan tugas sekolah.
“Di sini situasinya asyik banget,” kata Kartika Mega Widyawati, teman satu kelas Asti. Tak jarang mereka datang siang sehabis sekolah dan baru pulang malam harinya. Para orangtua pun sering kali mengantar dan menjemput anak-anak mereka. Perpustakaan Bait Kata beralamat di Perumahan Larangan Mega Asri B– 10 dibuka pada 29 Desember 2011 oleh Kepala Perpustakaan Sidoarjo.
“Awalnya saya tidak percaya diri, apakah dengan koleksi buku saya yang terbatas pantas disebut perpustakaan,” kata Iffa Suraiya, sang pemilik. Bait Kata buka dari Selasa sampai Minggu mulai pukul 10.00-–20.00 dengan koleksi lebih dari 3.000 buku fiksi dan nonfiksi serta majalah.
Anggota hanya perlu membayar Rp 25 ribu yang berlaku seumur hidup. Iffa mengaku mendirikan perpustakaan dari ketaksengajaan. Keluarganya memang doyan baca buku. Dulu, buku koleksinya sering dipinjam teman-temannya dan, celakanya, sering tidak kembali.
Beberapa buku yang hilang di antaranya buku-buku langka seperti Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer serta–Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam. Berangkat dari niat menyelamatkan buku koleksinya, Iffa mendirikan perpustakaan yang homey, di mana pengunjungnya berasa seperti di rumah sendiri.
“Dahulu perpustakaan merupakan tempat untuk mendapatkan informasi yang tidak menarik sebagai tempat nongkrong. Kehadiran Bait Kata dengan suasana layaknya rumah tinggal diharapkan menjadi tempat baca dan wisata edukasi yang menyenangkan,” tutur lulusan Komunikasi Universitas Diponegoro Semarang ini.
 aat ini anggota Bait Kata mencapai 329 orang, rata-rata pelajar sekolah dasar sampai SMA. Tak jarang persahabatan tercipta saat mereka mengunjungi perpustakaan ini. Bahkan, ada yang akan berkolaborasi untuk membuat novel.
 “Mereka adalah beberapa siswi SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 4 yang rutin datang ke tempat kami,” sambung Iffa.  Saking seringnya bertemu di tempat yang sama, mereka bersahabat dan membentuk sebuah grup bernama Dengarkan Suara Kami.
   Mereka sering kali curhat tentang apa saja. Mulai soal keputihan, pacar, keluarga, serta sekolah yang didampingi seorang psikolog. Mulai Februari lalu, Bait Kata melakukan roadshow ke beberapa sekolah dengan menggandeng penulis Kirana Kejora untuk membangkitkan semangat menulis para pelajar.
 “Dalam waktu dekat Bait Kata juga akan menggelar layar tancap ke sekolahsekolah dengan memutar film karya sineas Indonesia yang berbasis novel,” imbuh Iffa.”

0 comments:

Posting Komentar

Tukar Link Disini :

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Latest Templates


Powered By Blogger
Informasi Sidoarjo 2012. Diberdayakan oleh Blogger.