Para
pedagang ayam di kawasan Pasar Larangan, Kabupaten Sidoarjo, Kamis
(5/4) menjalani pemeriksaan yang dilakukan tim medis dari Universitas
Airlangga. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengecek dan memastikan
bahwa pedagang tidak terjangkit virus flu burung.
Itu
mengingat kondisi Pasar Larangan selama ini sangat kotor. Bahkan,
tidak memiliki instalasi pengelolaan air limbah (IPAL). Padahal,
ayam-ayam yang dijual disembelih langsung di kawasan tersebut.
Seorang
anggota tim kesehatan, Rita S menuturkan, pihaknya mendapatkan
informasi bahwa kondisi sub unit Pasar Larangan, khususnya pasar unggas
tidak memenuhi standar kesehatan. Hal ini tentu berpotensi menimbulkan
berbagai macam penyakit, terutama virus H5N1 atau identik dengan sebutan
flu burung. ”Pasar ini kan menjual berbagai macam unggas, penjual pasti
tidak mengetahui apakah unggas-unggas yang mereka jual itu terjangkit
virus flu burung atau tidak,” ungkapnya.
Yang
membikin dirinya prihatin, di dalam pasar unggas terdapat pemotongan
ayam yang tidak memenuhi standar kesehatan. Melihat tempat pemotongan
ayam yang jauh dari standar kesehatan, lanjutnya, ini salah satu sumber
timbulnya penyakit. Dia melihat, tanpa ada pemotongan ayam, pasar unggas
sudah berpotensi menimbulkan virus flu burung. ”Apalagi ini, ada
pemotongan ayam yang tidak dilengkapi IPAL. Sangat rawan sekali
menimbulkan flu burung,” imbuh Rita.
Dihubungi
terpisah, kepala Dinas Pasar Sidoarjo, Putu Suyoga mengapresiasi
langkah sukarelawan Unair dengan memberikan cek up gratis kepada 100
pedagang di Pasar larangan. Putu mengakui, tingkat kesadaran pedagang
akan kesehatan di lingkungan pasar sangat rendah. Dia memberi contoh
terkait himbauan pihaknya atas keberadaan pemotongan ayam di pasar
tersebut. ”Sudah saya larang pemotongan ayam di pasar itu, tapi tetap
saja mereka melakukan proses potong ayam di dalam pasar. Itu bisa
menimbulkan penyakit, karena tidak dilengkapi IPAL,” ujarnya kepada Surabaya Post.
Melihat
kondisi pasar unggas, Putu berencana merehabilitasi pasar unggas yang
dinilai sudah tidak layak sebagai tempat berjualan. Namun alasan klasik
menjadi batu sandungan pihaknya mewujudakn niat ini. Rehabilitasi pasar,
lanjutnya, memerlukan dana yang tidak sedikit. Bahkan dia mengaku sudah
berusaha mendekati pihak swasta yang ingin merehabilitasi kondisi pasar
unggas. Nantinya, Dinas Pasar akan memberikan kompensasi kerja sama
hingga beberapa tahun ke pihak swasta.
Ganyong,
Kepala UPT Pasar Larangan mengaku berkali-kali mengingatkan tentang
kebersihan pasar unggas kepada setiap pedagang. Sayangnya, himbauan
positif ini bagaikan angin lalu. Para pedagang tetap saja tidak
mengindahkan sarannya. ”Pemotongan ayam itu juga sama, kalo ada petugas
yang datang mereka tidak melakukan aktivitas pemotongan. Tapi kalo
petugas tidak ada, mereka kembali melakukan potong ayam,” imbuhnya.
0 comments:
Posting Komentar