Informasi Sidoarjo on http://www.infosda.com

Kamis, 05 April 2012

Gagas Festival Candi Pari

Meski tinggal di Kota Surabaya, Herry Lentho Prasetyo sering mengikuti event seni budaya di Sidoarjo. Belum lama ini dia mendampingi grup wayang topeng asal Pakisaji, Malang, yang tampil di halaman Museum Mpu Tantular Buduran.
“TOPENG itu kesenian yang diwariskan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Makanya, di berbagai daerah ada tradisi topeng,” kata Herry Lentho kepada Radar Sidoarjo kemarin.

Herry Lentho Prasetyo

Seniman tari dan penggerak sejumlah festival seni di surabaya ini mengaku sangat mengapresiasi pengelola museum yang memberikan kesempatan kepada para seniman tradisi untuk unjuk kebolehan. Apalagi, puluhan pelajar dari berbagai kawasan Sidoarjo juga diundang menyaksikan acara ini.
Hanya saja, menurut dia, pihak museum perlu mengemas pertunjukan-pertunjukan itu dengan lebih baik lagi. “Kalau seperti sekarang, ya, roh keseniannya nggak muncul. Penonton nggak bisa menikmati pertunjukan siang-siang begini,” katanya.
Selain itu, Herry meminta agar pihak museum memberi kesempatan kepada para pelajar melakukan dialog atau diskusi interaktif selepas pergelaran.
Dengan begitu, para seniman bisa menjelaskan sejarah, filosofi, proses kreatif, hingga pengalaman mereka selama menggeluti kesenian itu. “Lha, saya lihat di Sidoarjo ini kayaknya seniman kurang dihargai.
Setelah pentas, seniman-seniman nggak diajak bersalaman atau bicara, tapi ditinggal begitu saja. Ini membuat misi untuk apresiasi seni budaya tidak tercapai,” katanya.
Herry Lentho sebetulnya bukan sosok yang asing di kalangan seniman dan pekerja budaya di Kota Delta. Semasa bupati Sidoarjo dijabat Win Hendrarso, Herry pernah dimintai masukan seputar konsep pengembangan Sidoarjo sebagai kota festival.
Cukup banyak masukan yang disampaikannya kepada Win. “Tapi untuk benar- benar menjadi kota festival perlu dukungan yang sangat kuat dan konsisten dari pemerintah. Konsepnya juga harus matang,” katanya.
Sayang, keinginan kepala daerah untuk menjadikan Sidoarjo sebagai kota festival  alam kenyataannya kurang jalan di lapangan. Apalagi setelah muncul semburan lumpur Lapindo pada 29 Mei 2006 lalu.
Praktis, energi pemkab maupun pekerja seni budaya tersedot ke urusan lumpur, ganti rugi, dan sebagainya. Meski begitu, Herry sempat mengajukan konsep Festival Candi Pari untuk meramaikan kawasan cagar budaya di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong.
Dia membuat tarian khusus bernama Candi Pari. Sebuah tarian yang menggambarkan betapa Sidoarjo di masa lalu pernah menjadi lumbung padi dari Kerajaan Majapahit.
“Tarian ini bisa dimainkan sewaktu-waktu,” katanya. Dibandingkan beberapa tahun lalu, Herry menilai aktivitas seni budaya di Kabupaten Sidoarjo cenderung menurun.
Masih untung ada Museum Mpu Tantular yang punya agenda tetap menampilkan aneka kesenian tradisional dari berbagai daerah di Jawa Timur. “Sidoarjo cukup beruntung karena ketempatan Museum Mpu Tantular,” katanya.

0 comments:

Posting Komentar

Tukar Link Disini :

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Latest Templates


Powered By Blogger
Informasi Sidoarjo 2012. Diberdayakan oleh Blogger.