PORONG BUKTIKAN WARGA LUMPUR TAK TERPECAH – Warga korban lumpur di Peta Area Terdampak (PAT) sesuai Perpres 14 tahun 2007 kembali beraksi.
Setelah me-launching posko pengaduan
pencairan ganti rugi korban lumpur di Desa Ketapang, Tanggulangin,
kemarin (17/7), warga PAT ini menggelar doa bersama (istighotsah) dan
tabur bunga di area tanggul lumpur diDesa Ketapang.
Kegiatan yang diikuti ratusan warga korban lumpur tersebut sekaligus untuk menyambut bulan Ramadan.
Aksi yang dimulai pukul 15.00 tersebut dijaga ketat puluhan polisi. Warga datang dari berbagai paguyuban dan kawasan lumpur.
Ada yang menaiki truk hingga konvoi
sepeda motor. Mereka berkumpul di area tanggul Ketapang. Warga di
antaranya berasal dari Paguyuban Warga Renokenongo Menolak Kontrak
(Pagarrekontrak), Glagaharum, Kedungbendo, Jatirejo, dan Siring.
Mereka berkumpul di depan panggung yang
telah disiapkan. Salah satu koordinator Pagarrekontrak, Yudo Wintoko
mengatakan, kegiatan doa bersama dan tabur bunga ini selain untuk
menyambut Ramadan, juga agar PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ) tergerak
untuk kembali membayar cicilan kepada warga korban lumpur.
“Ini juga merupakan bukti kalau korban lumpur masih bersatu dan tidak ada yang terpecah-belah,” tandasnya.
Ditambahkan, kebersamaan yang
ditunjukkan warga korban lumpur untuk meminimalisir upaya politisasi dan
eksploitasi korban Lumpur. Sebab ditengarai, ada pihak-pihak lain
maupun penguasa yang menunggangi kepentingan warga korban lumpur untuk
kepentingan kelompoknya.
“Jangan sampai aksi yang murni untuk
menuntut hak atas ganti rugi warga ini justru dimanfaatkan untuk
kepentingan tertentu,” tandasnya.
“Kita terus melakukan aksi agar ganti rugi segera dilunasi,” imbuhnya.
Sekitar satu jam melakukan doa bersama
yang dipimpin oleh sejumlah tokoh masyarakat setempat dan beberapa
koordinator korban lumpur, warga kemudian melakukan tabur bunga di
sekitar lokasi semburan lumpur Lapindo.
Karena makam leluhurnya sudah tak tampak lagi tertimbun lumpur panas, maka warga hanya bisa tabur bunga dari tepi tanggul.
“Meski makam leluhur kami sudah tertutup
oleh lumpur, namun kita tetap berziarah dan mendoakan jenazah yang
dimakamkan supaya diterima di sisi-Nya,” kata Pitanto.
0 comments:
Posting Komentar