Informasi mengenai pemberian grasi atau pengurangan hukuman, apapun
namanya untuk para gembong Narkoba, sungguh sangat menyedihkan. Sebagai
seorang praktisi klinis, setiap waktu ada saja korban yang datang akibat
narkoba.
Berbicara soal narkoba, memang tidak bisa dilepaskan dengan alkohol dan rokok. Seharusnya penanganan ketiga masalah ini berlangsung satu paket.
Kenapa demikian? Ketiga racun ini “rokok, narkoba, alkohol” sama-sama membawa dampak buruk buat kesehatan seseorang, sama-sama bersifat adiksi (ketagihan). Karena sifat ketagihan ini, sangat sulit bagi seseorang yang sudah adiksi untuk melepaskan diri dari ketiga bahan berbahaya ini.
Kecenderungan para perokok remaja akan mencoba alkohol, dan akhirnya narkoba. Penelitian di Universitas Colombia Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu menunjukkan, para perokok remaja akan cenderung minum alkohol 5 kali lipat, dan menggunakan mariyuana 13 kali lipat dibandingkan remaja yang tidak merokok.
Ketiganya juga sulit untuk diberantas apapun alasannya kalau komitmen pemberantasannya setengah hati.
Saya coba mengupas sedikit berdasarkan pengalaman klinis saya sehari-hari. Pasien dengan riwayat narkoba suntik, akan berisiko tertular virus HIV atau virus Hepatitis C atau B. Suami atau istri dari pengguna narkoba suntik ini juga berisiko kalau mereka punya anak. Anak yang mereka akan lahirkan juga berisiko untuk terjangkit virus HIV atau hepatitis ini.
Bicara soal alkohol, kita tahu dampak alkohol bisa langsung maupun kronis. Kita menjadi saksi termasuk pada kasus yang terakhir yang dialami oleh seorang model bahwa dalam pengaruh alkohol membawa kendaraan menyebabkan kerugian pada orang lain.
Dalam jangka panjang, akan terjadi gangguan pada saluran pencernaan baik kerongkongan (GERD) atau lambung (gastritis kronik) akibat penggunaan alkohol jangka panjang. Liver, pankreas juga akan rusak pada penggunaan jangka panjang.
Gubernur DKI baru bersama DPRD harus punya semangat sama mengeluarkan larangan menjual alkohol di toko swalayan atau minimarket yang menjamur di seluruh pelosok Jakarta. Mulai sore hingga larut malam, anak-anak muda kita mengisi bangku-bangku yang disediakan di mini market tersebut dan kalau kita perhatikan secara seksama, minuman beralkohol ada saja yang mampir di beberapa meja mereka. Ini sungguh merisaukan.
Bicara soal rokok, rasanya kita semua sudah paham bahwa rokok akan menyebabkan kerusakan pada berbagai organ kita dari yang akut sampai kronis, dari yang ringan sampai mematikan. Kalau dikatakan bahwa ada para perokok yang tetap sehat walau sudah berusia lanjut, ini karena semata-mata sebenarnya mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk mendapatkan dampak buruk dari merokok tersebut.
Sekali lagi, kita bisa lihat nasib beberapa tokoh nasional yang merokok, meninggal karena kanker sehingga menyesali kenapa tidak mengindahkan anjuran kesehatan untuk tidak merokok.
Pada akhirnya, komitmen pemerintah harus tinggi agar bangsa ini tidak hancur dikemudian hari, ketika negara lain berlomba-lomba menjatuhkan hukuman mati untuk para gembong Narkoba, kita malah memberi keringanan hukuman kepada mereka,
Ketika negara lain membatasi buat perokok bebas merokok (karena memang dendanya besar kalau merokok di ruang publik) dan pembatasan tembakau, kita setengah hati untuk melakukan pembatasan tembakau dan perokok bisa bebas merokok di ruang publik.
Mudah-mudahan peristiwa yang muncul akhir-akhir ini akibat dampak alkohol dan narkoba, membuat kita bersungguh-sungguh untuk membatasi peredarannya.
Berbicara soal narkoba, memang tidak bisa dilepaskan dengan alkohol dan rokok. Seharusnya penanganan ketiga masalah ini berlangsung satu paket.
Kenapa demikian? Ketiga racun ini “rokok, narkoba, alkohol” sama-sama membawa dampak buruk buat kesehatan seseorang, sama-sama bersifat adiksi (ketagihan). Karena sifat ketagihan ini, sangat sulit bagi seseorang yang sudah adiksi untuk melepaskan diri dari ketiga bahan berbahaya ini.
Kecenderungan para perokok remaja akan mencoba alkohol, dan akhirnya narkoba. Penelitian di Universitas Colombia Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu menunjukkan, para perokok remaja akan cenderung minum alkohol 5 kali lipat, dan menggunakan mariyuana 13 kali lipat dibandingkan remaja yang tidak merokok.
Ketiganya juga sulit untuk diberantas apapun alasannya kalau komitmen pemberantasannya setengah hati.
Saya coba mengupas sedikit berdasarkan pengalaman klinis saya sehari-hari. Pasien dengan riwayat narkoba suntik, akan berisiko tertular virus HIV atau virus Hepatitis C atau B. Suami atau istri dari pengguna narkoba suntik ini juga berisiko kalau mereka punya anak. Anak yang mereka akan lahirkan juga berisiko untuk terjangkit virus HIV atau hepatitis ini.
Bicara soal alkohol, kita tahu dampak alkohol bisa langsung maupun kronis. Kita menjadi saksi termasuk pada kasus yang terakhir yang dialami oleh seorang model bahwa dalam pengaruh alkohol membawa kendaraan menyebabkan kerugian pada orang lain.
Dalam jangka panjang, akan terjadi gangguan pada saluran pencernaan baik kerongkongan (GERD) atau lambung (gastritis kronik) akibat penggunaan alkohol jangka panjang. Liver, pankreas juga akan rusak pada penggunaan jangka panjang.
Gubernur DKI baru bersama DPRD harus punya semangat sama mengeluarkan larangan menjual alkohol di toko swalayan atau minimarket yang menjamur di seluruh pelosok Jakarta. Mulai sore hingga larut malam, anak-anak muda kita mengisi bangku-bangku yang disediakan di mini market tersebut dan kalau kita perhatikan secara seksama, minuman beralkohol ada saja yang mampir di beberapa meja mereka. Ini sungguh merisaukan.
Bicara soal rokok, rasanya kita semua sudah paham bahwa rokok akan menyebabkan kerusakan pada berbagai organ kita dari yang akut sampai kronis, dari yang ringan sampai mematikan. Kalau dikatakan bahwa ada para perokok yang tetap sehat walau sudah berusia lanjut, ini karena semata-mata sebenarnya mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk mendapatkan dampak buruk dari merokok tersebut.
Sekali lagi, kita bisa lihat nasib beberapa tokoh nasional yang merokok, meninggal karena kanker sehingga menyesali kenapa tidak mengindahkan anjuran kesehatan untuk tidak merokok.
Pada akhirnya, komitmen pemerintah harus tinggi agar bangsa ini tidak hancur dikemudian hari, ketika negara lain berlomba-lomba menjatuhkan hukuman mati untuk para gembong Narkoba, kita malah memberi keringanan hukuman kepada mereka,
Ketika negara lain membatasi buat perokok bebas merokok (karena memang dendanya besar kalau merokok di ruang publik) dan pembatasan tembakau, kita setengah hati untuk melakukan pembatasan tembakau dan perokok bisa bebas merokok di ruang publik.
Mudah-mudahan peristiwa yang muncul akhir-akhir ini akibat dampak alkohol dan narkoba, membuat kita bersungguh-sungguh untuk membatasi peredarannya.
0 comments:
Posting Komentar