Informasi Sidoarjo on http://www.infosda.com

Kamis, 08 November 2012

Kondisi Tanggul Lapindo Sidoarjo Kritis, Warga Tetap Bertahan

Pantas
saja Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Sidoarjo menyiapkan
12 shelter untuk penampungan
warga jika terjadi tanggul
jebol. Sebab kondisi tanggul lumpur
sudah kritis. Berdasarkan
pantauan Radar Sidoarjo, sedikitnya
ada 5 titik rawan di sepanjang
tanggul yang paling rawan
jebol.
Titik-titik tersebut yakni di titik
10 d, 21, 33, 34 dan 35. Titik 10 d
ini berlokasi di Desa Ketapang,
Kecamatan Tanggulangin, titik 21
di Desa Siring Kecamatan Porong,
sedangkan titik 33, 34 dan 35
berada di Desa Mindi, juga masuk
Kecamatan Porong.
Di masing-masing titik tersebut,
tingkat elevasi permukaan air
kolam mencapai 1 sampai 1,5 meter.
Padahal titik aman elevasi air
kolam adalah 2 meter dari batas
tanggul. Jika hujan lebat, diprediksi
lumpur akan meluap. Imbasnya
ke rel Kereta Api (KA) dan
jalan Raya Porong.
Masalahnya, warga masih memblokir
aktifitas petugas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo
(BPLS), yakni pembuangan
lumpur ke Kali Porong dan
penguatan tanggul. Warga menuntut
pelunasan ganti rugi diselesaikan
lebih dulu. “Padahal pihak
BMG (Badan Meteorologi
dan Geofisika) sudah memperkirakan
akan turun hujan sepuluh
hari lagi,” ungkap Humas BPLS
Hengky Listriahadi.
Pihak BPLS tidak bisa berbuat
banyak. “Kita sudah melakukan
sosialisasi dan musyawarah
dengan warga mengenai ancaman
jika hujan, namun warga
bersikukuh meminta pelunasan
pembayaran dulu,” terusnya.
Menurut Hengky, BPLS tidak
bisa berbuat banyak dengan
kondisi tanggul saat ini. Sebab
warga memblokade jalur menuju
tanggul. Warga juga melarang
petugas BPLS bekerja seperti
biasanya. Tetapi ia menjelaskan
selama lumpur masih berada
dalam tanggul, akan menjadi
tanggung jawab BPLS. Sebaliknya,
jika sudah meluap akan
menjadi tanggung jawab BPBD.
“Karena BPLS berada di bawah
BPBD,” tegasnya.
Sementara itu, warga tetap
menuntut pelunasan ganti rugi.
Warga bersikukuh memblokade
jalan dan melarang petugas
BPLS melakukan aktivitas pengaliran
lumpur. “Hanya ini
jalan kita. Kami sudah muak dengan
janji. Kami butuh pelunasan
dan tidak mau dicicil,” tegas
Muawanah, salah satu korban
lumpur yang kini membuka
warung di sekitar tanggul.
Ia mengatakan warung itu
kini menjadi satu-satunya cara
mendapatkan penghasilan. “Sebenarnya
melihat kondisi tanggul
ya takut, tapi ini saya lakukan
agar tetap bisa bertahan
hidup,” tegasnya.
Senada dengan Muawanah,
Narji warga Desa Jatiroto juga
menegaskan akan tetap menduduki
tanggul sampai pembayaran
dilunasi. “Kami tidak peduli
dengan kondisi tanggul, biarkan
saja bocor dan melimpah biar
orang di Jakarta tahu apa yang
kami rasakan,” tegasnya.
Pria yang pelunasannya kurang
63,750 juta ini juga menegaskan
berdasarkan aturan
Perpres seharusnya pembayaran
sudah lunas tahun 2009 kemarin.
“Tapi hingga kini pembayaran
belum lunas,” terusnya.
Narji juga menilai pemerintah
tidak memedulikan nasib korban
lumpur. “Kami kecewa
dengan sikap Bupati Sidoarjo selama
ini maka kami tancapkan
tulisan itu,” ujarnya seraya
menunjuk kepada poster yang
menancap di atas lumpur berisi
makian kepada bupati.
Ia juga mempertanyakan sikap
pemerintah yang sudah
melunasi pembayaran ganti rugi
kepada warga di luar peta area
terdampak. “Keadaan parah
kami, malah justru mereka yang
di luar dilunasi dulu,” ungkapnya
lagi.

0 comments:

Posting Komentar

Tukar Link Disini :

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Latest Templates


Powered By Blogger
Informasi Sidoarjo 2012. Diberdayakan oleh Blogger.