Informasi Sidoarjo on http://www.infosda.com

Rabu, 23 Januari 2013

Cuaca Buruk, Harga Ikan di Sidoarjo Mahal

Tingginya gelombang laut
beberapa minggu terakhir,
menjadi momok bagi para nelayan
di kawasan Gisik Cemandi,
Sedati. Banyak nelayan yang
pendapatannya menurun hingga
tiga kali lipat. Namun, demi dapur
agar tetap mengepul, para
nelayan tetap saja melaut,
meskipun dua minggu lalu,
dua nelayan sempat hilang karena
cuaca buruk ini. IMBAS angin kencang ini sangat
terasa bagi para nelayan. Hasil
tangkapan ikan berkurang
banyak dari hari-hari biasanya.
Jika di hari normal (tanpa angin
kencang), satu perahu motor bisa
membawa ikan paling sedikit
100 kilogram, di bulan Januari
ini mereka harus puas dengan
60-70 kilogram saja.
“Yang bisa dicari hanya kerang.
Untuk menangkap ikan
dan udang risikonya sangat
tinggi karena harus ke tengah,”
tambah Yitno Budi Raharjo,
penjual ikan yang juga mantan
nelayan.
Ia menyebut fakta ini berpengaruh
pada harga penjualan
ikan di Tempat Pelelangan
Ikan (TPI). Yitno menegaskan
harga jual ikan sekarang menjadi
lebih mahal, sedangkan
pendapatan nelayan berkurang
drastis. “Ikan-ikan kecil yang
dulu berharga Rp 2 ribu kini
jadi Rp 3 ribu, tapi tetap saja
pendapatan kami berkurang,”
keluhnya.
Yitno mengungkapkan dengan
cuaca seperti ini pendapatannya
bisa turun hingga tiga
kali lipat. “Pada cuaca normal
penghasilan kami bisa mencapai
Rp 150 ribu per hari, kini Rp 50
ribu,” tuturnya.
Cuaca Belum Menentu, Nelayan Menjerit
Harga Ikan Lebih Mahal,
tapi Pendapatan Tetap Turun. Pedagang yang lesu karena pasokan ikan menurun.
Tingginya gelombang laut
beberapa minggu terakhir,
menjadi momok bagi para nelayan
di kawasan Gisik Cemandi,
Sedati. Banyak nelayan yang
pendapatannya menurun hingga
tiga kali lipat. Namun, demi dapur
agar tetap mengepul, para
nelayan tetap saja melaut,
meskipun dua minggu lalu,
dua nelayan sempat hilang karena
cuaca buruk ini.
Muhammad Alimin Taubah,
Ketua Himpunan Nelayan
Seluruh Indonesia (HNSI) daerah
Sidoarjo menjelaskan angin
kencang yang terjadi saat ini
merupakan siklus alam. Namun
pihaknya tidak bisa menghalangi
jika nelayan tetap melaut
meski dengan waktu yang
relatif lebih pendek. Umumnya
mereka pergi melaut pada tengah
malam dan telah kembali
lagi pada pagi hari. Pada hari
biasa, para nelayan ini biasanya
baru pulang pada siang atau
sore hari.
“Kalau sudah urusan perut,
saya juga tidak bisa menghalangi,”
ujar nelayan yang lahir 44
tahun silam tersebut.
Meski demikian, ia wantiwanti
agar nelayan selalu memperhatikan
cuaca saat hendak
melaut. Bila tidak, ia khawatir
akan terjadi kecelakaan yang
dapat merenggut nyawa mereka.
Biasanya, Alimin selalu mengingatkan
nelayan untuk update
info prakiraan cuaca dari
televisi.
Disamping itu, Alimin juga
menyarankan agar para nelayan
tidak melaut lebih jauh dari 3
mil dari bibir pantai. Hal ini untuk
mengantisipasi bila terjadi
angin kencang di tengah laut.
“Kalau terlalu jauh mereka bisa
saja hilang,” ujar bapak tiga
anak ini.
Pria yang menjabat ketua
HNSI Sidoarjo sejak tahun 1999
ini lantas menceritakan hilangnya
dua nelayan dua pekan lalu
itu. Mereka yang juga warga Gisik
Cemandi dinyatakan hilang
ketika mencari ikan di perairan
Sidoarjo. Untungnya, tiga hari
kemudian keduanya berhasil ditemukan
selamat di pesisir Pasuruan.
Tidak diketahui secara
pasti penyebab hilangnya kedua
nelayan tersebut.
“Tapi kemungkinan besar motor
mereka mati lalu terseret
angin sampai ke Pasuruan,”
pungkas Alimin.

0 comments:

Posting Komentar

Tukar Link Disini :

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Latest Templates


Powered By Blogger
Informasi Sidoarjo 2012. Diberdayakan oleh Blogger.