(Jawa Pos) SIDOARJO  – 
Banjir, tampaknya, sudah akrab dengan Kota Sidoarjo. Kemarin (2/1), 
setelah diguyur hujan dengan intensitas tinggi selama sehari, Kota Delta
 kembali dilanda banjir.
 Daerah
 langganan banjir sama dengan tahun lalu. Aktivitas warga pun lumpuh. 
Luapan air tersebut menggenangi be-be rapa tempat langganan banjir di 
daerah kota.
Daerah
 langganan banjir sama dengan tahun lalu. Aktivitas warga pun lumpuh. 
Luapan air tersebut menggenangi be-be rapa tempat langganan banjir di 
daerah kota.
Di antaranya, Sidokare, Buduran, Jalan 
KH Mukmin, dan Raden Patah. Selain itu, beberapa fasilitas umum seperti 
TK Dharmawanita di Sidokare dan Pasar Buduran ikut terendam.
Di Jalan Sidokare, pengguna jalan yang 
masuk ke jalan tersebut langsung disambut genangan air. Tingginya 
sekitar 20 cm. Pengendara motor yang melewati jalan tersebut harus 
mengangkat kedua kakinya agar tidak basah. Budiman, 30, warga Porong 
yang melintas di daerah tersebut, terpaksa harus putar balik ketika 
melihat genangan air.
Dia mengurungkan niat untuk mengunjungi rumah saudaranya di perumahan Sidokare Indah.
”Ya mau bagaimana lagi, saya balik 
pulang,” ucapnya. Luapan air itu menggenangi jalan dan pelataran rumah 
warga. Masuk lebih ke dalam, kondisinya lebih parah.
Di Desa Kapasan, Kelurahan Sidokare, 
puluhan rumah warga terendam. Selain itu, tiga sekolah tidak selamat 
dari genangan air. Yakni, SD Sidokare 3, TK dan SD Sabillilah, serta TK 
Dharmawanita.
Lapangan bola ikut terendam. Sukemi, 50,
 salah seorang warga Kapasan, Sidokare, mengatakan bahwa banjir sudah 
menjadi langganan di wilayahnya. Setiap tahun dia harus rela rumahnya 
dipenuhi air ketika musim hujan tiba.
”Pasti banjir, sedih saya,” keluhnya 
sambil menyeka air mata. Kesedihan Sukemi sangat beralasan. Sebab, air 
menggenangi rumahnya hingga ketinggian setengah meter. Barang-barang 
berharga miliknya pun terendam. Misalnya, kursi, lemari yang berisi 
baju-baju, serta peralatan memasak.
Air bahkan masuk sampai kamar tidur, 
dapur, serta kamar mandi. Praktis, janda tersebut tidak bisa memasak dan
 mandi. Meski sering dilanda banjir, perempuan yang memiliki tiga anak 
itu tidak mengungsi ke tempat lain.
Dia memilih berdiam di rumahnya. ”Untuk 
menjaga barang-barang saya, takutnya dicuri orang,” kata dia. Sukemi dan
 keluarganya pernah me-rasakan banjir yang tingginya sampai satu pinggul
 orang dewasa. Itu terjadi tahun lalu, saat luapan air Kali Pucang 
memorak-porandakan warga Sidokare. Waktu itu dia banyak kehilangan 
barang berharga.
”Kursi dan televisi hilang tidak tahu ke
 mana,” kata Sukemi. Ironisnya, menurut Sukemi, pemkab tidak pernah 
memberikan bantuan kepada warga. Bahkan, Kali Sidokare tidak pernah 
dikeruk.
”Sehingga tiap tahun ya begini ini,” 
ujarnya, lemas. Banjir di Sidokare tidak hanya merendam perkampungan. 
Perumahan Sidokare Indah juga terendam banjir. Namun, air tidak sampai 
masuk ke rumah.
Sebab, banyak peng huni  yang 
meninggikan garasi rumahnya. Kawasan Jalan KH Mukmin juga menjadi 
sasaran banjir. Di Gang Pandean, misalnya, air masuk ke rumah warga.
Banjir di KH  Mukmin itu disebabkan 
saluran air tidak  bisa menampung air. Fatila, 57, salah  seorang warga,
 mengatakan bahwa banjir selalu menggenangi KH Mukmin setiap tahun.
Warga Gang Pandean terpaksa memalang 
gang agar kendaraan tidak bisa masuk. ”Kalau kendaraan lewat, air 
terdo-rong dan masuk ke rumah,” katanya.Luapan air membuat dia terpaksa 
me nutup warung rujaknya.
”Terpaksa, ka laupun buka juga tidak ada
 yang beli,” ke luhnya. Genangan air setinggi sekitar 30 cm juga ada di 
Jalan Raden Patah. Selain itu, banjir merendam daerah Sumput.
Banyak jalan kampung yang terendam air 
dari Kali Pucang.  Di Buduran, karena afvoer  yang meluap, banyak rumah 
warga di Sukerojo yang terendam air.
Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) mengatakan  sudah mengevakuasi warga korban banjir.
”Kami sudah pindahkan sekitar seribu  jiwa ke MI Sukerejo,” kata Kepala BPBD  Ahmad Zaini.
Banjir juga merendam persawahan Desa  Wonokoyo, Kelopo Sepuluh, Kecamatan  Sukodono, dan Ganting, Kecamatan  Gedangan.











0 comments:
Posting Komentar